Polda Jatim Amankan 580 Pelaku Aksi Anarkis di Enam Wilayah

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 2 Sep 2025, 10:52
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Jules Abraham Abast (tengah) saat konferensi pers di Surabaya, Senin (1/9/2025) malam. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Jules Abraham Abast (tengah) saat konferensi pers di Surabaya, Senin (1/9/2025) malam. (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Polda Jawa Timur telah menangkap sebanyak 580 orang yang terlibat dalam aksi anarkis di enam wilayah kota dan kabupaten di provinsi tersebut. Dari jumlah tersebut, 89 orang ditetapkan menjalani proses hukum, 12 orang masih diperiksa, dan 479 lainnya telah dipulangkan ke tempat tinggal mereka. 

"Sejauh ini dapat saya sampaikan Polda Jawa Timur dan Kepolisian Resor jajaran telah mengamankan 580 orang, di mana 89 orang diproses hukum, 12 orang dalam pemeriksaan, sedangkan 479 orang telah dipulangkan," ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abraham Abast dalam konferensi pers yang digelar di Surabaya pada Senin malam. 

Ia menjelaskan bahwa penangkapan tersebut merupakan hasil dari penindakan terhadap aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh dan anarkis di enam daerah, yaitu Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Sidoarjo. 

Dalam aksi-aksi tersebut, aparat kepolisian berhasil mengamankan ratusan individu yang diduga melakukan tindakan perusakan terhadap fasilitas umum, gedung pemerintahan, bahkan rumah ibadah. 

Dari tingkat Polda Jawa Timur sendiri, terdapat 66 orang yang diamankan, di mana sembilan di antaranya menjalani proses hukum dan 57 telah dikembalikan ke masyarakat. 

Sementara itu, Kepolisian Resor Kediri Kota mengamankan 20 orang dari kawasan sekitar Gedung DPRD. Dari jumlah tersebut, tujuh pelaku ditetapkan dalam proses hukum dan 13 lainnya dipulangkan. 

Untuk wilayah hukum Polrestabes Surabaya, total 288 orang diamankan. Abast merinci bahwa 22 orang diproses hukum dan 266 orang dipulangkan. Mereka ditangkap dari sejumlah lokasi strategis, seperti 18 pos polisi, Polsek Tegalsari, serta Gedung Negara Grahadi, yang sempat dilaporkan mengalami pembakaran. 

Abast juga mengungkapkan bahwa Polsek Tegalsari mengalami kerusakan cukup parah akibat pengrusakan dan penjarahan yang dilakukan massa. Bahkan sebuah tempat ibadah di kawasan tersebut tak luput dari amukan. 

"Masjid itu merupakan sarana ibadah masyarakat sekitar dan ikut dirusak massa," ujarnya.

 

Di wilayah Kota Malang, Polres setempat mencatat 61 orang diamankan. Dari jumlah itu, 13 orang diproses hukum tanpa penahanan, sementara 48 lainnya telah dipulangkan. 

Untuk wilayah Kabupaten Kediri, 124 orang ditangkap. Rinciannya, 23 diproses hukum, 12 orang masih diperiksa, dan 89 orang dipulangkan. Lokasi penangkapan meliputi Kantor Samsat Kediri, simpang empat kota, dan Polsek Kebun. 

Sementara di bawah yurisdiksi Polres Malang, polisi menangkap 13 individu, dan seluruhnya menjalani proses hukum. Mereka diamankan dari beberapa titik, antara lain Pos Lantas Kebonagung, Polsek Pakisaji, Pos Pantau Kepanjen, dan Pos Laka Lantas. 

Polresta Sidoarjo pun mencatat adanya delapan orang yang ditahan. Dua orang diproses hukum dan enam lainnya dipulangkan, setelah ditangkap dari area Pos Waru. 

Selain pengamanan terhadap pelaku, aksi anarkis ini juga berdampak pada anggota kepolisian. Berdasarkan data dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jatim, total 83 personel Polri mengalami luka-luka akibat insiden tersebut. 

"Dari jumlah itu, 65 orang menjalani rawat jalan dan 18 orang menjalani rawat inap. Beberapa di antaranya mengalami luka patah tulang, cedera otak ringan, hingga luka robek," kata Abast. 

Sebaran korban mencakup beberapa rumah sakit. Sebanyak 15 anggota dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya, satu orang mengalami patah tulang selangka dirawat di RS Saiful Anwar Malang, satu korban luka robek di kepala dirawat di RS Mitra Keluarga Surabaya, dan satu lainnya dengan luka robek di bagian kepala depan ditangani di RS Bhayangkara Kediri. 

Sumber: ANTARA

x|close