Ntvnews.id, Kathmandu - Mantan Ketua Mahkamah Agung Nepal, Sushila Karki, disebut-sebut sebagai calon perdana menteri interim setelah KP Sharma Oli mengundurkan diri usai gelombang protes besar-besaran yang dipimpin pelajar hingga memicu kerusuhan di ibu kota.
Pemimpin gerakan generasi Z, Rakshya Bam, menuturkan bahwa pihaknya telah resmi menominasikan Karki sebagai perdana menteri sementara Nepal.
"Kami telah mengusulkan Sushila Karki menjadi pemimpin interim. Usulan ini sedang diresmikan hari ini setelah berkonsultasi dengan panglima militer," kata Bam kepada The New York Times, dikutip Kamis, 11 September 2025.
Massa mengikuti demonstrasi yang menentang pelarangan media sosial oleh pemerintah Nepal. (ANTARA/Anadolu/as.) (Antara)
Gelombang protes yang melanda Nepal dipicu oleh keputusan pemerintah yang melarang penggunaan media sosial. Platform tersebut selama ini digunakan anak muda untuk menyampaikan aspirasi sekaligus mengkritik pemerintah, sehingga kebijakan itu dianggap sebagai upaya membungkam suara rakyat.
Baca Juga: Pidato Siswa SMA Nepal Jadi Simbol Perlawanan, Viral di Tengah Krisis Politik
Aksi demonstrasi kemudian berubah menjadi bentrokan dengan aparat kepolisian. Gas air mata dan water cannon ditembakkan ketika situasi mulai tidak terkendali.
Sedikitnya 22 orang tewas dalam aksi protes yang berlangsung sejak Senin, 8 September 2025.
Baca Juga: Kerusuhan Besar di Nepal, Kemlu Pastikan WNI dalam Kondisi Aman
Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli akhirnya memilih mundur hanya beberapa jam setelah kediamannya dibakar massa. Rumah Presiden Ram Chandra Poudel dan gedung parlemen juga ikut dijarah dan dibakar. Bahkan, kediaman eks PM Jhalanath Khanal dilaporkan habis terbakar, yang mengakibatkan istrinya, Rajyalaxmi Chitrakar, meninggal dunia.
Sebagai respons atas krisis yang semakin panas, pemerintah Nepal mencabut larangan media sosial. Otoritas kini memberlakukan jam malam di sejumlah wilayah untuk mencegah meluasnya kerusuhan.