Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan sebanyak 5,9 juta siswa di 38 provinsi telah mengikuti program Cek Kesehatan Gratis (CKG) sejak peluncurannya pada Agustus hingga 17 September 2025. Program ini dilaksanakan di sekolah-sekolah dengan cakupan pendidikan dasar hingga menengah.
“Untuk anak sekolah yang sudah kita periksa itu 5,9 juta,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi, dalam konferensi pers Kemenkes bersama Badan Komunikasi Pemerintah di Jakarta, Kamis, 18 September 2025.
Maria menjelaskan, jutaan siswa yang ikut serta berasal dari 91.184 satuan pendidikan, dengan rincian 64.848 sekolah tingkat SD/Madrasah Ibtidaiyah (MI)/sederajat, 16.903 SMP/Madrasah Tsanawiyah (MTs)/sederajat, 8.914 SMA/SMK/Madrasah Aliyah/sederajat, 431 Sekolah Luar Biasa (SLB), serta 88 pesantren.
Baca Juga: Kemenkes: 29,8 Juta Peserta Ikut Program Cek Kesehatan Gratis hingga September 2025
Menurutnya, ke depan Kemenkes akan memperluas kolaborasi dengan kementerian lain dan masyarakat untuk memperbanyak jumlah peserta CKG, baik di sekolah maupun masyarakat umum.
“Nah, ini memang kita nanti lebih besar kolaborasi baik dengan masyarakat maupun dengan kementerian lain,” kata Maria.
Selain di sekolah, sejak Februari hingga 17 September 2025, tercatat 29,8 juta masyarakat telah memeriksakan kesehatannya melalui program CKG di puskesmas di 38 provinsi.
“Jadi, sampai dengan hari kemarin, kita sudah ada 32 juta pendaftar untuk mengikuti Cek Kesehatan Gratis dan 29,8 juta sudah kita periksa,” jelasnya.
Dalam program tersebut, sebanyak 10.226 puskesmas terlibat dari total 10.286 puskesmas di seluruh Indonesia. Maria menambahkan, peserta CKG didominasi perempuan dengan jumlah 17.176.524 orang atau sekitar 57,5 persen, sementara peserta laki-laki mencapai 12.688.214 orang atau 42,5 persen.
Untuk meningkatkan jumlah partisipasi, pemerintah tengah mengembangkan strategi pendekatan khusus, termasuk penggunaan bahasa daerah agar lebih dekat dengan masyarakat.
“Saat ini, mengajaknya masih umum, belum berupa pesan-pesan yang mungkin pakai bahasa daerah dan seterusnya. Jadi, pendekatan-pendekatan khusus itu masih kita kembangkan,” pungkasnya.
Baca Juga: Kemenkes: Aktivitas Fisik Rendah Jadi Masalah Kesehatan Tertinggi Peserta CKG
(Sumber: Antara)