Ntvnews.id, Jakarta - Koalisi sayap kiri di Prancis meraih jumlah kursi terbanyak dalam pemilu pada Minggu, 7 Juli 2024, setelah mengalahkan kubu sayap kanan yang tengah bangkit. Namun, meskipun demikian, koalisi tersebut belum berhasil memperoleh mayoritas suara.
Dilansir dari VOA, Selasa, 9 Juli 2024, menyebut bahwa situasi ini berpotensi menghadirkan parlemen tergantung di Prancis, yang merupakan salah satu pilar Uni Eropa dan tuan rumah Olimpiade musim panas mendatang, serta dapat menyebabkan kelumpuhan politik.
Gejolak politik ini berpotensi mengganggu kondisi pasar dan perekonomian Prancis, yang merupakan perekonomian terbesar kedua di Uni Eropa. Hal ini juga memiliki dampak pada konflik di Ukraina, diplomasi global, dan stabilitas ekonomi di Eropa.
Pemilu Prancis (reuters)
Presiden Emmanuel Macron memutuskan untuk mempercepat pelaksanaan pemilu bulan lalu setelah kemenangan kubu sayap kanan ekstrem dalam pemilu Parlemen Eropa.
Baca Juga: Profil Keir Starmer, PM Baru Inggris yang Berhasil Tumbangkan Rishi Sunak
Macron menyatakan bahwa mengembalikan keputusan kepada rakyat akan menghasilkan "klarifikasi," tetapi hasil resmi yang dikeluarkan pada Senin, 8 Juli yang menunjukkan bahwa tiga blok koalisi utama tidak berhasil mencapai 289 kursi yang diperlukan untuk menguasai parlemen Majelis Nasional yang terdiri dari 577 anggota.
Hasil pemilu menunjukkan bahwa koalisi sayap kiri New Popular Front meraih sedikit lebih dari 180 kursi, menempatkan mereka sebagai pemenang dengan mengungguli aliansi sentris yang dipimpin oleh Macron, yang memperoleh 160 kursi.