Ntvnews.id, Washington D.C - Amerika Serikat (AS) dan Israel menuduh Iran berusaha membunuh duta besar Israel untuk Meksiko, tuduhan yang segera dibantah oleh Teheran sebagai “kebohongan besar,” sementara pihak pemerintah Meksiko mengaku tidak mengetahui adanya rencana tersebut.
Dilansir dari TRT World, Minggu, 9 November 2025, upaya pembunuhan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, yang dalam beberapa bulan terakhir saling melancarkan serangan lintas wilayah.
Pemerintah Israel menyebut bahwa otoritas Meksiko berhasil menggagalkan rencana pembunuhan terhadap Duta Besar Einat Kranz-Neiger.
"Kami berterima kasih kepada aparat keamanan dan penegak hukum di Meksiko karena berhasil menggagalkan jaringan teroris yang diarahkan oleh Iran dan berupaya menyerang duta besar Israel di Meksiko,” kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya pada Jumat.
Baca Juga: Polisi Kejar Pelaku Penembakan Hansip di Cakung
Namun, Kementerian Luar Negeri Meksiko menyatakan belum menerima informasi apa pun terkait dugaan tersebut beberapa jam setelah kabar itu muncul.
Tanpa menyinggung langsung nama AS atau Israel, Sekretariat Keamanan dan Perlindungan Warga Meksiko, yang bertanggung jawab atas bidang intelijen, menyatakan kesediaannya untuk “kerja sama yang penuh rasa hormat dan terkoordinasi, selalu dalam kerangka kedaulatan nasional, dengan lembaga keamanan mana pun yang memintanya.
Ilustrasi garis polisi dalam peristiwa penembakan gereja di Michigan, Amerika Serikat (AS). (ANTARA)
Sementara itu, Kedutaan Besar Iran di Meksiko menepis tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai "kebohongan besar.”
Baca Juga: Penembakan di Yahukimo, Satgas Damai Cartenz: Saksi Lihat Pelaku Lari ke Belakang Kompleks
"Tujuan tuduhan ini adalah untuk merusak hubungan bersahabat dan bersejarah antara kedua negara (Meksiko dan Iran),” tulis pernyataan resmi Kedutaan Iran di platform X.
Meksiko selama ini dikenal menganut prinsip non-intervensi dalam urusan luar negeri, namun tetap mendukung penyelidikan terhadap dugaan kejahatan perang Israel di Gaza.
Seorang pejabat AS mengklaim bahwa Pasukan Quds, unit elite Garda Revolusi Iran, merancang rencana pembunuhan itu sejak akhir 2024 dan digagalkan tahun ini. Menurutnya, rencana tersebut melibatkan perekrutan agen melalui kedutaan Iran di Venezuela.
"Ini hanyalah contoh terbaru dari sejarah panjang aksi mematikan Iran yang menargetkan diplomat, jurnalis, pembangkang, dan siapa pun yang menentang mereka. Hal ini seharusnya menjadi kekhawatiran serius bagi setiap negara yang memiliki kehadiran Iran di wilayahnya,” ujar pejabat AS itu tanpa disebutkan namanya.
Kendati demikian, pejabat tersebut tidak memberikan bukti atau rincian tentang bagaimana rencana itu berhasil digagalkan.
Dugaan plot ini muncul setelah Israel menyerang kompleks kedutaan Iran di Damaskus pada 1 April 2024, menewaskan sejumlah perwira tinggi Garda Revolusi. Serangan tersebut memicu janji pembalasan dari Iran, yang kemudian meluncurkan rudal dan drone ke arah Israel.
Sekitar setahun kemudian, Israel melancarkan kampanye pengeboman besar-besaran di Iran yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas. AS, yang merupakan sekutu utama Israel, turut menyerang beberapa lokasi penting terkait program nuklir Iran.
Ilustrasi penembakan/pistol/senjata api (Pixabay)