Presiden Kamboja Ungkap Balas Serangan Setelah Menahan Diri Lebih dari 24 Jam

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Des 2025, 11:03
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Dedi
Editor
Bagikan
Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata. Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata. (BBC)

Ntvnews.id, Phnom Penh — Presiden Senat Kamboja sekaligus mantan perdana menteri, Hun Sen, menyampaikan bahwa negaranya akhirnya melakukan tindakan balasan setelah "bersabar selama lebih dari 24 jam untuk menghormati gencatan senjata dan memberikan waktu untuk mengevakuasi warga ke tempat yang aman". Pernyataan tersebut ia sampaikan di tengah meningkatnya ketegangan terbaru di perbatasan Kamboja.

Dalam unggahan di Facebook, Hun Sen menegaskan, "Sekarang kami berjuang untuk mempertahankan diri lagi,6" seperti dikutip Channel News Asia, Rabu, 10 Desember 2025.

Konflik yang kembali memanas ini berakar pada sengketa perbatasan yang telah berlangsung selama satu abad, berdasarkan peta era kolonial Prancis yang menjadi dasar klaim kedua negara atas sejumlah kuil di kawasan perbatasan.

Baca Juga: Thailand–Kamboja Kembali Memanas, 3 Tentara Thailand Tewas

Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, menegaskan posisi negaranya. Kepada wartawan ia mengatakan, "Thailand harus berdiri teguh di belakang mereka yang melindungi kedaulatan kami. Kami tidak bisa berhenti sekarang,"

Di Provinsi Surin, Thailand, seorang pemilik toko makanan kecil berusia 30 tahun, Sutida Pusa, mengungkapkan kepada AFP bahwa anggota keluarga yang lebih muda dan lebih tua telah dipindahkan ke pusat evakuasi sehari sebelumnya, sementara beberapa lainnya tetap tinggal untuk menjaga harta benda mereka.

Militer Thailand berpatroli di area Chong Bok dekat perbatasan yang disengketakan dengan Kamboja. Foto arsip: Reuters <b>(Reuters)</b> Militer Thailand berpatroli di area Chong Bok dekat perbatasan yang disengketakan dengan Kamboja. Foto arsip: Reuters (Reuters)

Pusa harus bolak-balik antara tempat penampungan sementara dan rumahnya yang berjarak kurang dari 20 kilometer dari perbatasan untuk merawat keluarganya.

"Saya ingin melihat situasi terlebih dahulu, karena suara pertempuran tidak sekeras saat bentrokan besar pada 24 Juli," ujar Pusa.

"Kami tidak pernah mempercayai situasi ini," tambahnya.

Baca Juga: Sekjen PBB Desak Thailand dan Kamboja Hindari Eskalasi Konflik Perbatasan

Militer Thailand menyampaikan bahwa pada Selasa, granat dari Kamboja jatuh di dua rumah warga sipil di Provinsi Sa Kaeo, meski tidak ada korban jiwa.

Amerika Serikat, Tiongkok, dan Malaysia selaku ketua ASEAN sebelumnya menjadi mediator untuk menghentikan pertempuran pada Juli lalu. Pada Oktober, Presiden AS Donald Trump telah mendukung deklarasi bersama yang menyertakan kesepakatan perdagangan baru antara Thailand dan Kamboja setelah keduanya sepakat memperpanjang gencatan senjata.

Namun, Thailand kemudian menangguhkan perjanjian tersebut pada bulan berikutnya, diikuti saling tuduh antara kedua negara atas pecahnya bentrokan baru.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Uni Eropa, serta Perdana Menteri Malaysia, pada Senin, menyerukan agar kedua pihak menahan diri dan menghentikan aksi permusuhan.

x|close