Menbud Fadli Zon: Kartu Pos Menjadi Media Penting Merekam Sejarah

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 21 Des 2025, 11:35
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Dedi
Editor
Bagikan
Menteri Kebudayaan Fadli Zon. ANTARA/HO-Kementerian Kebudayaan Menteri Kebudayaan Fadli Zon. ANTARA/HO-Kementerian Kebudayaan (Antara)

Ntvnews.id, Bali - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan bahwa kartu pos memiliki peran penting sebagai medium untuk merekam sejarah, mulai dari wajah kota, bangunan, ruas jalan, hingga kehidupan sosial masyarakat pada masanya.

“Kartu pos, prangko, dan cap pos bukan sekadar benda koleksi. Semua itu bercerita. Dari sana kita bisa membaca sejarah kota, teknik fotografi, hingga dinamika sosial pada zamannya,” kata Fadli dalam keterangan yang diterima di Bali pada Sabtu, 20 Desember 2025.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam peluncuran Buku Kartu Pos Bergambar Samarangh di Kawasan Kota Lama Semarang. Buku ini merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan dan Pemerintah Kota Semarang sebagai bagian dari komitmen bersama dalam pelestarian, pendokumentasian, serta penguatan nilai-nilai budaya melalui literasi visual dan sejarah.

Fadli menjelaskan, penggunaan ejaan lama “Samarangh” dalam judul buku dimaksudkan sebagai upaya menghadirkan kembali ingatan historis. Menurutnya, ejaan tersebut tidak bertujuan mengubah nama kota, melainkan menjadi pengingat sejarah agar lebih melekat dalam ingatan masyarakat.

Ia menambahkan, ke depan akan diterbitkan buku-buku serupa yang mengangkat kota-kota lain seperti Yogyakarta, Bandung, Batavia, dan sejumlah daerah lain, dengan target sekitar sepuluh buku.

Baca Juga: Menbud Fadli Zon Lakukan Pendataan Kerusakan Cagar Budaya di Sumatera

Peluncuran buku tersebut juga dirangkaikan dengan pameran temporer bertajuk Potret Semarang dalam Bingkai Kartu Pos yang digelar selama tujuh hari, mulai Jumat, 19 Desember 2025 hingga Jumat, 26 Desember 2025.

Menbud turut menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Semarang atas dukungan serta ruang yang diberikan bagi pelaksanaan kegiatan kebudayaan di kawasan Kota Lama. Ia berharap buku ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan masyarakat mengenai sejarah Kota Semarang.

Menurut Fadli, ke depan visual kartu pos yang terdokumentasi dalam buku ini juga dapat dikembangkan lebih lanjut, diperbesar, serta didistribusikan sebagai bagian dari narasi visual sejarah yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Sejalan dengan hal tersebut, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti menyampaikan harapannya agar buku ini mampu menyentuh sisi emosional pembaca sekaligus menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap sejarah Kota Semarang.

Baca Juga: Menbud Luncurkan Buku Sejarah Indonesia Dengan Sudut Pandang Nusantara

Sebagai seorang filatelis, Fadli Zon juga mengungkapkan bahwa dirinya telah mengoleksi sekitar 7.000 hingga 8.000 kartu pos dari berbagai daerah di Indonesia. Koleksi tersebut diklasifikasikan berdasarkan kota, dengan jumlah terbanyak berasal dari kota-kota besar seperti Batavia, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, serta Bukittinggi yang pada masa lalu dikenal sebagai Fort de Kock.

Melalui karya-karya visual yang ditampilkan, pengunjung diajak menelusuri jejak masa lalu Kota Semarang, menyaksikan perubahan ruang kota, serta memahami dinamika sejarah hanya melalui gambar.

“Melalui karya-karya ini, kita tidak hanya melihat gambar, tetapi juga membaca cerita tentang bagaimana kondisi sebuah jalan di masa lalu dan bagaimana keadaannya sekarang,” ujarnya.

(Sumber: Antara) 

x|close