Sanksi yang dianggap para atlet berat lainnya, ialah mereka dilarang menggunakan ponsel. Setiap hari Minggu, Akademi memang mengizinkan anak didik untuk memakai ponsel, salah satunya guna menghubungi keluarga.
"Karena kalau dihukum nyapu malah tambah senang mereka. Apalagi kalau disuruh pimpin doa," ucap Nugroho yang merupakan FIFA dan AFC Security Officer ini.
Lapangan sepak bola dengan rumput alami di MSC.
Ada sanksi terberat menurut Nugroho yang dijatuhkan PFA terhadap anak didiknya. Salah satunya minum minuman beralkohol atau minuman keras (miras). Tak ada ampun bagi pelanggaran jenis ini. Pelanggar akan dikeluarkan dari Akademi.
Walau demikian, sisi kemanusiaan tetap dikedepankan dalam penjatuhan sanksi.
"Ada tiga anak kami DO. Tetapi hingga kini masih di sini, tidur di sini. Yang kami hentikan program sepak bolanya, sekolah tetap kami tanggung di sini," tutur Nugroho.
"Kami juga kasih kesempatan menjadi hakim garis dalam kompetisi. Senang mereka, akhirnya menyesal. Tapi ya aturan tetap aturan," sambungnya.
Saat ini ada 60 anak yang dibina PFA menjadi pesepak bola profesional. Mereka terbagi dalam dua angkatan, yakni angkatan tahun kelahiran 2010 dan 2011. Mereka digembleng selama dua tahun. Guna menjaga kedisiplinan dan ketertiban mereka selama di Akademi, ada guardian atau penjaga yang berasal dari pelatih dan staf lainnya. Seorang guardian, menjaga setidaknya enam anak selama 24 jam.