"Sebetulnya anak-anak di usia 16 atau 17 under ini lebih mudah dibentuk. Artinya ketika kita menerapkan satu metode, satu rules, satu peraturan. Mereka lebih mudah mengikuti tanpa ada argumen yang lain-lain," kata Zaki.
"Memang penting sekali untuk menanamkan disiplin dalam diri pemain sejak masih di level SSB, akademi, Askot/Askab hingga Asprov PSSI. Attitude ya tapi juga masalah-masalah mental dan lain sebagainya. Karena dengan disiplin akan menjadi pegangan mereka untuk terus meningkatkan kualitas mereka di masa yang akan datang," imbuhnya.
Zaki juga selalu menekankan kepada para pemain untuk tidak berpuas diri dengan yang dicapai. Karena perjalanan mereka masih panjang.
"Saya kasih contoh Ronaldo dengan Messi. Messi ini memang punya bakat. Dan ini ada mungkin 100 juta orang baru ketemu satu. Tapi kalau Ronaldo dia memang membentuk dirinya. Dan sekarang Ronaldo masih bisa bermain dengan kualitas yang tidak kalah jauh pada saat dia masa prime. Itulah yang kita inginkan dari mereka," tambahnya.
Soal kedisiplinan ini, sambung Zaki, juga mencakup bagaimana para pemain membatasi dirinya dalam menggunakan handphone.
"Ada waktu-waktu di mana mereka tidak boleh pegang HP. Tapi pada saat menjelang pertandingan kita berikan mereka waktu untuk telepon atau menghubungi dan berkomunikasi dengan orang tua. Minta doa restu. Itu sudah kewajiban. Semua wajib menghubungi orang tuanya. Karena bagaimanapun ada sesuatu ketika kita apalagi ini 1 bulan setengah enggak ketemu," ujarnya.
"Setelah itu mereka harus wajib menyimpan mobile phone-nya. Setelah pertandingan baru kita kasih. Itupun di saat-saat e tertentu kita kasih materi-materi pendidikan," pungkasnya.