Oleh karena itu, PSSI akan mendatangkan pelatih baru dari Eropa, khususnya Belanda, yang dinilai cocok dengan kebutuhan timnas saat ini.
Menurut Erick, keputusan memilih pelatih asal Belanda bukan tanpa alasan. Faktor waktu menjadi pertimbangan utama, mengingat timnas Indonesia harus mempersiapkan diri untuk pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang akan berlangsung dalam waktu dua setengah bulan.
"Ya banyak pilihan, bisa (dari) Italia, bisa Spanyol. Tapi kan dengan jeda dua setengah bulan kami harus berusaha menjaga dinamika yang ada selama ini, mengenai kultur, mengenai komunikasi, ini yang harus kita jaga. Ini yang menjadi pertimbangannya," jelasnya.
Selain itu, Erick juga mengungkapkan bahwa salah satu kendala yang dihadapi Shin Tae-yong selama melatih timnas adalah faktor bahasa. Pelatih asal Korea Selatan itu hanya menguasai bahasa Korea, sementara pemain timnas Indonesia mayoritas hanya memahami bahasa Indonesia. Di sisi lain, banyak pemain diaspora yang lebih nyaman berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Ketika ditanya apakah pemilihan pelatih dari Eropa didasarkan pada permintaan para pemain diaspora, Erick dengan tegas membantah hal tersebut. Menurutnya, PSSI tidak pernah membeda-bedakan antara pemain naturalisasi dan pemain lokal.
"Kami tidak pernah membeda-bedakan antara pemain naturalisasi dengan pemain Indonesia. Ya kita lihat saja, tetapi tentu masalah komunikasi, masalah taktikal, itu adalah hal-hal yang akan kami evaluasi," ucap Erick.