Ntvnews.id, Jakarta - Pabrikan sepeda motor asal Amerika Serikat (AS), Harley-Davidson, menghadapi berbagai tantangan sepanjang tahun ini, mulai dari laporan keuangan yang mengecewakan hingga ancaman tarif baru dari pemerintahan Donald Trump.
Namun, perusahaan akhirnya mendapatkan sedikit kejelasan setelah upaya kudeta terhadap dewan direksi secara resmi dinyatakan gagal.
Dilansir dari RideApart, Jumat, 16 Mei 2025, sumber dari dinamika ini adalah pengunduran diri CEO Harley-Davidson, Jochen Zeitz, yang direncanakan terjadi pada akhir tahun.
Sebagai perusahaan publik, dewan direksi segera memulai proses pencarian pengganti dengan mewawancarai beberapa kandidat.
Namun, konflik internal muncul ketika Jared Dourdeville, mitra pengelola H Partners Management, salah satu investor terbesar Harley-Davidson, berupaya mendorong kandidat pilihannya untuk posisi CEO.
Ketidaksepakatan dengan anggota dewan lainnya menyebabkan Dourdeville mundur dari jabatannya dan memulai upaya untuk menggulingkan Zeitz serta dua anggota dewan lainnya, Thomas Linebarger dan Sara Levinson.
Langkah tersebut melibatkan pengajuan dokumen ke SEC dan kampanye publik untuk menggugah dukungan investor. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2025, para pemegang saham memilih untuk tetap mendukung struktur dewan yang ada.
Dalam pernyataan resminya, Harley-Davidson menyampaikan seluruh calon direktur yang diajukan oleh perusahaan terpilih, termasuk Jochen Zeitz sebagai Ketua, Presiden, dan CEO, serta Thomas Linebarger, Sara Levinson, dan anggota lainnya.
Lori Flees secara resmi menggantikan posisi Dourdeville di dewan. Thomas Linebarger menyampaikan apresiasinya kepada para pemegang saham atas kepercayaan mereka.
"Kami menghargai perspektif dan umpan balik yang diberikan, dan kami berkomitmen untuk terus menjalin komunikasi terbuka demi kepentingan terbaik seluruh pemegang saham,' ujarnya.
Meski gejolak internal telah mereda, Harley-Davidson masih menghadapi sejumlah tantangan besar.
Kinerja keuangan belum membaik, lini produk kendaraan listrik LiveWire mengalami kesulitan, dan dampak tarif masih membayangi.
Selain itu, perusahaan masih perlu menemukan CEO baru yang mampu memimpin perusahaan melewati masa transisi ini.
Kini, setelah konflik internal berakhir, Harley-Davidson dapat mulai fokus kembali pada upaya pemulihan dan pertumbuhan di tengah lanskap industri otomotif yang kompetitif.