Ntvnews.id, Jakarta - Bagi siapa pun yang pernah mencoba mengganti lagu atau mengatur AC lewat layar sentuh saat mobil melaju, temuan ini mungkin terasa sangat relevan.
Sebuah studi terbaru mengonfirmasi, penggunaan layar sentuh pada sistem infotainment mobil bukan hanya mengganggu, tetapi juga berpotensi membahayakan keselamatan berkendara.
Dikutip dari Carscoops, Minggu (21/12/2025), dalam dua dekade terakhir, desain interior mobil mengalami perubahan besar. Tombol dan kenop fisik perlahan digantikan oleh layar sentuh besar menyerupai tablet.
Bahkan, pada beberapa merek seperti Tesla, hampir seluruh fungsi kendaraan kini dikendalikan secara digital. Layar lebar ini kerap dipromosikan sebagai simbol teknologi canggih dan nilai jual utama.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan ada harga mahal yang harus dibayar dari tren tersebut, yakni meningkatnya risiko distraksi pengemudi.
Studi Ungkap Dampak Serius Layar Sentuh terhadap Keselamatan Berkendara
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Washington (UW) bersama Institut Penelitian Toyota ini bertajuk "Touchscreens in Motion: Quantifying the Impact of Cognitive Load on Distracted Drivers".
Studi tersebut dipublikasikan dalam Proceedings of the 38th Annual ACM Symposium on User Interface Software and Technology pada September 2025.
Sebanyak 16 peserta diminta mengemudi menggunakan simulator berkendara berakurasi tinggi. Selama simulasi, peneliti memantau gerakan mata dan tangan, pelebaran pupil, serta respons kulit untuk mengukur tingkat stres dan beban kognitif pengemudi.
Para peserta harus menjalankan berbagai tugas melalui layar sentuh mobil sambil berkendara di lingkungan perkotaan virtual. Tugas-tugas tersebut mencerminkan aktivitas sehari-hari, seperti mengatur audio, mengakses media, hingga mengirim atau mendengarkan pesan.
Hasilnya cukup jelas, semakin kompleks interaksi layar sentuh, semakin menurun pula performa mengemudi.
Baca Juga: Forwot Car of The Year 2025 Apresiasi Inovasi Otomotif, Mitsubishi Destinator Raih Predikat Terbaik
Bukan Sekadar Main Ponsel, tapi Fungsi Dasar Mobil
Yang menarik, studi ini tidak membahas aktivitas ekstrem seperti bermain media sosial atau mengetik pesan panjang. Fokus penelitian justru pada fungsi-fungsi dasar kendaraan yang kini "dipaksa" masuk ke dalam menu digital berlapis.
Aktivitas yang sebelumnya bisa dilakukan tanpa melihat, seperti memutar kenop volume, kini menuntut perhatian visual, gerakan tangan, dan konsentrasi mental secara bersamaan. Kombinasi inilah yang terbukti membebani otak pengemudi.
Hasil Simulator: Mengemudi dan Mengoperasikan Layar Sama-sama Memburuk
Selama simulasi, peneliti mencatat berbagai indikator, mulai dari ketepatan kemudi, waktu reaksi, hingga tingkat stres. Hasilnya cukup mengkhawatirkan.
Interaksi dengan layar sentuh menurunkan akurasi dan kecepatan pengoperasian hingga lebih dari 58 persen dibandingkan kondisi tanpa mengemudi. Sementara itu, penyimpangan jalur kendaraan meningkat lebih dari 40 persen.
Dengan kata lain, pengemudi menjadi lebih buruk dalam mengemudi sekaligus lebih buruk dalam mengoperasikan layar sentuh.
Apakah Solusinya Kembali ke Tombol Fisik?
Sekilas, solusi paling logis adalah mengembalikan tombol dan kenop fisik. Namun, para peneliti menilai langkah ini sulit diterapkan secara luas. Layar sentuh lebih murah, fleksibel, dan mudah dipasarkan, sehingga kemungkinan besar tetap menjadi bagian utama mobil masa depan.
Meski begitu, studi ini menawarkan beberapa solusi realistis untuk meningkatkan keselamatan, yakni merekomendasikan agar produsen mobil menyederhanakan jumlah menu yang harus diakses untuk menjalankan fungsi-fungsi yang sering digunakan saat berkendara.
Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menyediakan akses langsung ke fungsi-fungsi penting yang selalu terlihat pada layar.
Selain itu, sistem juga dapat dibuat lebih cerdas dengan mempelajari pola penggunaan pengemudi, mengantisipasi input tertentu, serta menampilkan tombol yang lebih besar dan lebih menonjol secara visual.
Selanjutnya, produsen mobil diyakini dapat memanfaatkan sistem yang peka terhadap beban kerja untuk mendeteksi tingkat beban kognitif pengemudi.
Sistem ini kemudian dapat merespons secara tepat, misalnya dengan membatasi sementara beberapa fitur atau memberikan peringatan agar pengemudi lebih berkonsentrasi pada jalan.
Pada akhirnya, dapat disimpulkan dimana antarmuka seharusnya dirancang berdasarkan perilaku nyata pengguna, bukan berdasarkan harapan produsen mobil terhadap perilaku tersebut.
Ilustrasi. Layar sentuh mobil. (Foto: Istimewa via Carscoops)