Thailand dan Kamboja Memanas Lagi di Perbatasan!

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 19 Sep 2025, 07:05
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Pasukan di perbatasan Thailand-Kamboja. Kamis, 31 Juli 2025. Ilustrasi - Pasukan di perbatasan Thailand-Kamboja. Kamis, 31 Juli 2025. (Antara)

Ntvnews.id, Bangkok - Situasi di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali menegang setelah Bangkok menuding warga Kamboja yang berunjuk rasa telah melanggar wilayahnya. Militer Thailand merespons dengan tembakan gas air mata serta peluru karet, sementara Perdana Menteri (PM) Kamboja, Hun Manet, menuduh Thailand melakukan penggusuran terhadap warganya.

Dilansir dari AFP, Jumat, 19 September 2025, terjadi di area perbatasan sengketa pada Rabu, 17 September 2025, Militer Thailand menyebut insiden bermula saat pasukannya memasang kawat berduri di Sa Kaeo, ketika sekitar 200 warga Kamboja berkumpul untuk berdemo. Menurut klaim pihak Thailand, demonstran Kamboja melemparkan batu dan benda lainnya ke arah tentara sehingga aparat melepaskan tembakan gas air mata serta peluru karet.

"Diperlukan penggunaan gas air mata dan peluru karet untuk mengendalikan situasi, dan membuat massa mundur dari area tersebut," bunyi pernyataan militer Thailand.

"Warga Kamboja telah melanggar wilayah Thailand, dan otoritas Kamboja tidak menghentikan mereka, itu adalah provokasi yang merupakan pelanggaran gencatan senjata," tambah mereka.

Thailand dan Kamboja sebelumnya menyepakati gencatan senjata pada akhir Juli, setelah bentrokan berdarah lima hari menewaskan sedikitnya 43 orang dari kedua belah pihak. Insiden kali ini menjadi yang pertama kalinya pasukan Thailand menggunakan gas air mata dan peluru karet sejak kesepakatan tersebut.

Baca Juga: 24 Warga Kamboja Terluka dalam Bentrokan di Perbatasan dengan Thailand

Di sisi lain, Kamboja mengecam tindakan Thailand. Menteri Informasi Neth Pheaktra menyebut laporan otoritas lokal menunjukkan setidaknya 23 warga Kamboja, termasuk seorang tentara dan seorang biksu Buddha, terluka akibat bentrokan. Ia menegaskan, "Ini merupakan pelanggaran gencatan senjata oleh pihak Thailand."

Menurut Kamboja, bentrokan terjadi di wilayah perbatasannya, tepatnya di Provinsi Banteay Meanchey.

PM Hun Manet bahkan melayangkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menuding Thailand telah "memperluas zona konflik dengan memasang kawat berduri dan barikade".

Ia juga menuduh pasukan Thailand "secara paksa" menggusur warga sipil Kamboja dari "tanah yang telah lama mereka huni" di dua desa perbatasan sejak bulan lalu.

Dalam surat yang dirilis Kamis, 18 September 2025, Hun Manet menyebut lebih dari 20 keluarga dicegah kembali ke rumah mereka di area perbatasan yang disengketakan.

Baca Juga: Perdana Menteri Dicopot, Kemana Arah Thailand?

"Sebanyak 25 keluarga telah dihalangi dari rumah dan ladang mereka," tulisnya, sembari memperingatkan ancaman penggusuran lebih lanjut yang dapat berdampak pada ratusan rumah tangga dengan sekitar 1.000 jiwa.

Menanggapi tuduhan tersebut, juru bicara militer Thailand Winthai Suvaree menyebut warga Kamboja yang terlibat bentrokan "secara sengaja dan secara ilegal menduduki wilayah Thailand untuk jangka waktu yang lama".

Ia menuding militer Kamboja tidak melakukan intervensi ketika warga membawa tongkat kayu panjang sebagai senjata darurat dengan niat melukai tentara Thailand.

x|close