"Indahnya biodiesel adalah kemudahan proses blending yang dapat dilakukan di fuel terminal atau terminal akhir. Pertamina memiliki lebih dari 1000 fuel terminal di Indonesia. Ini akan mendorong pembangunan bioethanol plants yang tentunya akan turut meningkatkan ekonomi lokal serta menciptakan lapangan kerja," ungkap Nicke.
Lebih lanjut, Nicke menjelaskan, kesuksesan implementasi biodiesel akan direplikasi untuk produk gasoline, yang diharapkan dapat menurunkan impor dan di saat yang sama mencapai ketahanan energi nasional.
Saat ini Pertamina telah memulainya dengan produk biofuel E5. "Kita telah memulai biofuel dengan E5 di beberapa wilayah di Jawa, yaitu di Jawa Timur dan secara bertahap meningkatkannya," jelas Nicke.
Nicke mengungkapkan, Pertamina tidak bisa berjalan sendiri untuk melaksanakan tugas transisi energi dan inovasi berkelanjutan produk energi hijau.
Menurutnya, dibutuhkan kolaborasi dan transfer knowledge dengan mitra bisnis strategis juga negara lainnya.
SALA Dialogues turut dihadiri oleh 150 pelaku bisnis dan praktisi lintas sektor dari berbagai negara Southeast Asia dan Latin America. (Foto: Istimewa/Humas Pertamina)
Pada dialog ini, Nicke membuka peluang untuk bekerjasama dengan negara Amerika Latin untuk bersama mengembangkan biodiesel dan biofuel.