Ekonom UI: Pelajaran dari Jepang, Subsidi Pertanian Harus Langsung ke Petani

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 12 Des 2024, 14:01
Dedi
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ekonom UI Nina Sapti Ekonom UI Nina Sapti (YouTube)

Ntvnews.id, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia, Nina Sapti, menyoroti pentingnya pendekatan langsung dalam distribusi subsidi dan bantuan bagi petani di Indonesia. Hal ini diungkapkan Nina Sapti ketika menjadi narasumber dalam acara Merah Putih di Nusantara TV.

Ia menilai, jika target Indonesia untuk mengurangi impor beras hingga nol pada 2027 ingin tercapai, maka perlu ada perubahan mendasar dalam sistem distribusi insentif kepada petani, mengacu pada praktik terbaik dari negara lain seperti Jepang.

"Ini target luar biasa. Jadi saya sangat apresiasi bahwa target itu semakin cepat semakin baik. Hanya problemnya, kita harus bisa memetakan," kata Nina. Menurutnya, jika target dimajukan ke tahun 2027, pemerintah perlu memiliki peta yang jelas terkait hambatan-hambatan yang ada di lapangan.

Nina menekankan bahwa inflasi pangan, terutama beras, merupakan isu krusial yang perlu ditangani. “Kita harus membuat ini nol,” tegasnya. Namun, ia menyoroti bahwa distribusi subsidi yang tidak langsung kepada petani menjadi salah satu penghambat utama.

Program Merah Putih di Nusantara TV. <b>(Tangkapan layar Youtube Nusantara TV)</b> Program Merah Putih di Nusantara TV. (Tangkapan layar Youtube Nusantara TV)

Nina membandingkan kebijakan pertanian Indonesia dengan Jepang, yang dinilainya lebih efektif karena bantuan diberikan langsung kepada petani.

“Kalau kita bandingkan negara lain seperti Jepang, subsidi insentif langsung diberikan ke petani, termasuk alat-alat pertanian. Kalau ini kan perantara, misalnya mau dikasih traktor, tapi lewat koperasi atau unit usaha,” jelasnya.

Ia menyebut model distribusi subsidi di Indonesia sering melibatkan terlalu banyak perantara, yang pada akhirnya menambah beban biaya dan memperumit akses petani terhadap bantuan. “Kalau harganya lewat perantara, tentu markup-nya ada. Petaninya juga susah,” tambahnya.

Halaman

TERKINI

TikTok Resmi Ditutup di AS

Digital Minggu, 19 Jan 2025 | 15:51 WIB

100 Hari Prabowo, Indonesia Menang Gugatan Sawit di WTO

Energi Minggu, 19 Jan 2025 | 13:28 WIB

TikTok: Layanan Kami Untuk Sementara Tak Tersedia di AS

Digital Minggu, 19 Jan 2025 | 11:56 WIB

CEO TikTok Ucapkan Terima Kasih kepada Trump

Digital Minggu, 19 Jan 2025 | 11:43 WIB

Larangan TikTok Ditunda, Trump Beri 90 Hari Perpanjangan Waktu

Keuangan Minggu, 19 Jan 2025 | 11:17 WIB

Airlangga Pede Pertumbuhan Ekonomi RI 5,2 Persen di 2025

Ekonomi Jumat, 17 Jan 2025 | 18:08 WIB

Saham China Terkait Aplikasi Xiaohongshu Melonjak

Keuangan Jumat, 17 Jan 2025 | 17:10 WIB
Load More
x|close