Ntvnews.id, Jakarta - Industri pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, dan ketahanan pangan menjadi salah satu pilar utama untuk menjaga stabilitas nasional. Namun, berbagai tantangan global, termasuk perubahan iklim, fluktuasi harga bahan baku pupuk, dan dinamika geopolitik, terus menguji kemampuan Indonesia untuk mempertahankan kemandirian pertaniannya.
Pada tahun 2024, Pupuk Indonesia Grup menjadi ujung tombak dalam upaya menjawab tantangan ini melalui strategi produksi maksimal, distribusi yang efisien, dan dukungan subsidi yang signifikan.
Sebagai bagian dari strategi nasional untuk memperkuat sektor pertanian, pemerintah meningkatkan alokasi volume pupuk bersubsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton di tahun 2024. Penambahan kuota ini membutuhkan anggaran sebesar Rp 49,9 triliun, yang dirancang untuk mendukung produktivitas petani di berbagai daerah, terutama pada masa tanam kritis.
Efek Subsidi Terhadap Produktivitas Petani (NTVNews.id)
Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia, Gusrizal, dalam acara Rembuk Tani di Lampung Selatan, mengungkapkan bahwa perusahaan telah menyalurkan lebih dari 6 juta ton pupuk subsidi, atau sekitar 127% dari alokasi awal.
"Kami optimis penyaluran pupuk subsidi akan mencapai 165-170% dari alokasi awal hingga akhir tahun," ujar Gusrizal.
Lampung menjadi salah satu daerah prioritas dengan penyaluran terbesar di luar Jawa, mencakup kabupaten seperti Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Timur, yang memiliki peran strategis sebagai sentra produksi padi dan jagung.
Penambahan alokasi pupuk subsidi bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Pada tahun 2024, kebutuhan pupuk nasional diproyeksikan mencapai lebih dari 25 juta ton, mencakup jenis pupuk urea, NPK, organik, dan lainnya. Dengan dukungan distribusi pupuk yang lebih luas, hasil panen dari program ini diperkirakan akan naik 10-15% dibandingkan tahun 2023.