Ntvnews.id, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) untuk Tahun Buku 2024 yang digelar hari ini, Selasa, 25 Maret 2025, resmi mengumumkan susunan terbaru kepengurusan perusahaan. Dalam rapat tersebut, Darmawan Junaidi kembali ditunjuk sebagai Direktur Utama Bank Mandiri.
Darmawan bukanlah sosok baru di Bank Mandiri. Terpilihnya kembali sebagai Direktur Utama menandai perjalanan panjangnya dalam industri perbankan. Kariernya di Bank Mandiri bermula sejak merger pada tahun 1999, di mana ia menjabat sebagai Treasury Dealer.
Setelah hampir satu dekade mengisi posisi tersebut, ia perlahan meniti jenjang karier dengan diangkat sebagai Vice President Treasury pada Februari 2009, dan kemudian sebagai SVP Treasury pada Januari 2012.
Berbagai pengalaman tersebut menjadikannya sosok yang berkompeten dalam dunia perbankan. Hal ini mendorong kepercayaan bagi lulusan Universitas Sriwijaya itu untuk menempati posisi Regional CEO Bali & Nusa Tenggara pada Januari 2015. Setahun berselang, Darmawan ditunjuk menjadi Head of Treasury Group pada Januari 2016.
Namun, perjalanan kariernya sempat bergeser ke industri bahan bangunan. Dalam periode Mei 2016–Agustus 2017, ia menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Plt Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Ia juga menduduki posisi Komisaris Utama PT Semen Kupang Indonesia di waktu yang sama.
Pada pertengahan 2017, Darmawan kembali ke Bank Mandiri dan menjabat sebagai Direktur Treasury. Setahun kemudian, ia dipercaya untuk posisi Direktur Treasury, International Banking, and Special Asset Management. Hingga akhirnya, pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) 21 Oktober 2020, ia ditunjuk sebagai Direktur Utama Bank Mandiri menggantikan Royke Tumilaar.
Tantangan Pandemi COVID-19
Saat pertama kali menjabat sebagai Direktur Utama, Darmawan dihadapkan pada tantangan besar akibat pandemi COVID-19. Tahun 2020 menjadi periode sulit bagi Bank Mandiri, dengan laba bersih konsolidasi turun 37,7 persen menjadi Rp17,1 triliun dari Rp27,4 triliun pada 2019. Pendapatan bunga juga mengalami penurunan, mencapai Rp87,3 triliun atau turun 4,59 persen dari tahun sebelumnya.
Meski demikian, Bank Mandiri tetap optimistis mampu bangkit dengan menekan rasio kredit bermasalah (NPL) di kisaran 3–3,5 persen. Di bawah kepemimpinan Darmawan, bank pelat merah ini berhasil membalikkan keadaan dengan membukukan laba bersih sebesar Rp28,03 triliun pada 2021, tumbuh 66,8 persen dari tahun sebelumnya.
"Sepanjang tahun 2021, Bank Mandiri telah secara aktif mengimplementasikan transformasi digital untuk mencapai strategi jangka panjang dan menghasilkan pertumbuhan bisnis berkelanjutan," ujar Darmawan.
Keberhasilan ini terus berlanjut pada 2022, dengan laba bersih meningkat menjadi Rp41,2 triliun, tumbuh 46,9 persen secara tahunan. Bank Mandiri juga mendapatkan apresiasi dari Presiden Joko Widodo atas pertumbuhan kinerja dan penyaluran kreditnya.
Kembali Pimpin Bank Mandiri
Pada RUPST Bank Mandiri yang digelar pada Selasa (25/3), mayoritas peserta rapat menyetujui perubahan susunan pengurus, di mana Darmawan tetap menjabat sebagai Direktur Utama. Sementara itu, posisi Wakil Direktur Utama mengalami pergantian dari Alexandra Askandar ke Riduan.
Selain perubahan struktur kepemimpinan, rapat tersebut juga menyetujui pembagian dividen sebesar Rp43,5 triliun, atau sekitar 78 persen dari laba bersih tahun buku 2024. Selain itu, perusahaan juga menyepakati rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp1,17 triliun.
Bank Mandiri mencatatkan kinerja positif pada akhir 2024 dengan laba bersih konsolidasi mencapai Rp55,8 triliun, naik 1,31 persen secara tahunan. Kredit yang disalurkan tumbuh 19,5 persen yoy menjadi Rp1.670,55 triliun, sementara dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp1.699 triliun atau meningkat 7,73 persen yoy.
Dengan capaian ini, Bank Mandiri semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia di bawah kepemimpinan Darmawan Junaidi.
(Sumber: Antara)