Ntvnews.id, Beijing - Dua kekuatan nuklir besar, Cina dan Rusia, berencana untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mandiri di Bulan pada tahun 2035. Kerja sama proyek ini resmi disepakati dan ditandatangani oleh Badan Antariksa Rusia, Roscosmos, dan Badan Antariksa Nasional Cina (CNSA) pada pekan ini.
Dilandir dari DW, Kamis, 22 Mei 2025, PLTN tersebut akan menjadi bagian dari stasiun penelitian bulan bernama International Lunar Research Station (ILRS) yang bertujuan menyediakan sumber energi guna mendukung eksplorasi jangka panjang serta berbagai kegiatan riset ilmiah lainnya.
ILRS dianggap sebagai pesaing dari program Artemis yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Program Artemis menargetkan pembangunan stasiun luar angkasa bernama "Gateway" yang akan mengorbit Bulan mulai tahun 2027.
Program Artemis melibatkan NASA serta badan antariksa dari 55 negara, termasuk anggota Badan Antariksa Eropa.
Apa itu International Lunar Research Station (ILRS)?
Proyek ILRS bertujuan mendirikan sebuah stasiun penelitian ilmiah permanen di Bulan, yang berlokasi sekitar 100 kilometer dari kutub selatan Bulan.
Stasiun ini akan mendukung misi berawak dalam jangka pendek, serta dapat beroperasi secara mandiri tanpa awak dalam jangka panjang.
Baca Juga: Pembatasan Promo Gratis Ongkir Cuma 3 Hari Dalam Sebulan, Mendag: Agar Pasarnya Sehat
Roscosmos menyatakan, "Stasiun ini akan fokus pada penelitian dasar ruang angkasa sekaligus menguji teknologi untuk operasi jangka panjang tanpa awak, dengan visi membawa manusia ke Bulan."
ILRS pertama kali diumumkan pada 2017. Selain Cina dan Rusia, sejumlah negara lain ikut terlibat, seperti Pakistan, Venezuela, Belarusia, Azerbaijan, Afrika Selatan, Mesir, Nikaragua, Thailand, Serbia, Senegal, dan Kazakhstan.
Menurut Wu Weiren, kepala perancang program eksplorasi bulan Cina, Cina juga mengajak 50 negara, 500 lembaga riset internasional, dan 5.000 peneliti dari luar negeri untuk berpartisipasi dalam ILRS sebagai bagian dari inisiatif bernama Proyek 555. ILRS ditargetkan menjadi pusat penelitian ilmiah global.
Baca Juga: 10 Orang Terkaya Dunia di Bulan Mei 2025: Elon Musk Posisi Puncak, Kekayaan Rp5.624 Triliun
Selain itu, Bulan memiliki potensi sumber daya alam yang menarik bagi negara-negara dengan program antariksa. Terdapat cadangan oksida logam berharga, regolith (tanah bulan), logam tanah jarang, dan kemungkinan besar helium-3 dalam jumlah signifikan—sebuah bahan bakar potensial untuk pembangkit listrik berbasis fusi nuklir.
Namun, perdebatan masih berlangsung di kalangan ahli hukum mengenai siapa yang berhak menguasai wilayah tertentu di Bulan.
Apakah Cina akan memimpin eksplorasi ruang angkasa di masa depan?
ILRS merupakan bagian dari ambisi Cina untuk menjadi pemimpin dalam eksplorasi ruang angkasa dan penelitian ilmiah.
Sebagai langkah awal, Cina berencana meluncurkan misi Chang'e-8 pada tahun 2028, yang akan menjadi percobaan pertama untuk mendaratkan astronot Cina di permukaan Bulan.
Sejak 2013, Cina telah beberapa kali mengirim penjelajah tak berawak ke Bulan dan memimpin misi pemetaan permukaan Bulan, termasuk sisi gelap yang tidak terlihat dari Bumi.
Pada Juni 2024, Cina berhasil menjadi negara pertama yang mengambil batuan dari sisi gelap Bulan. Misi ini mendapat pujian luas di dalam negeri, dengan kantor berita pemerintah Xinhua menyebutnya sebagai "prestasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah eksplorasi Bulan oleh manusia."