Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa proyek pemanfaatan sampah menjadi energi listrik (waste to energy) masih menunggu hasil kajian dan verifikasi dari Danantara.
Di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 11 Septeber 2025 malam, Bahlil menjelaskan bahwa perusahaan yang lolos seleksi Danantara nantinya akan direkomendasikan untuk mendapat izin dari Kementerian ESDM, sebelum masuk ke tahap kontrak jual beli listrik dengan PLN.
"Jadi, itu kan nanti Danantara, setelah Danantara akan melihat perusahaan mana yang akan masuk membangun. Nanti izinnya akan diberikan dari ESDM," katanya.
Menurutnya, teknis pemanfaatan sampah sebagai energi, baik melalui pembakaran langsung maupun biomassa, saat ini masih dalam tahap kajian oleh tim teknis ESDM bersama Danantara.
Baca Juga: ESDM Minta Shell dan BP Kirim Data Spek BBM Impor ke Pertamina
"Secara teknis lagi dikaji mana yang cocok ya. Lagi dikaji teknisnya dan yang tahu itu tim teknis kami dengan tim teknis dari Danantara yang akan mengecek, validasi perusahaan-perusahaan mana saja yang akan cocok," ujarnya.
Bahlil menambahkan keputusan akhir bergantung pada hasil studi kelayakan (feasibility study) yang dilakukan Danantara, termasuk pemilihan perusahaan yang dianggap layak membangun fasilitas tersebut.
Baca Juga: ESDM Terima Tambahan Anggaran Rp8,55 Triliun untuk Jargas hingga Eksplorasi Migas
Pemerintah juga tengah menyiapkan aturan mengenai pemanfaatan sampah menjadi energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), yang ditargetkan selesai bulan ini dalam bentuk peraturan presiden (perpres). Nantinya, PLN akan menjadi offtaker yang membeli listrik hasil PLTSa.
Dorongan percepatan proyek ini muncul setelah Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas di Istana Merdeka pada 25 Agustus 2025. Presiden menekankan agar proses administrasi dipangkas dari enam menjadi tiga bulan, sehingga target penyelesaian proyek dalam 18 bulan bisa tercapai.
Pemerintah menargetkan pembangunan PLTSa di 30 kota besar dengan potensi produksi listrik rata-rata 20 MW per kota.