Ntvnews.id, Jakarta - Holding BUMN Pangan ID Food mencatat penyerapan gula petani per 28 September ini telah mencapai 121.312 ton atau setara nilai Rp1,75 triliun.
SVP Sekretaris Perusahaan ID FOOD Yosdian Adi Pramono mengatakan, penyerapan merupakan hasil kolaborasi bersama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) dan Pedagang.
Hal tersebut dalam rangka menjaga harga gula petani agar tidak jatuh di bawah Harga Acuan Pemerintah (HAP) sekaligus menjaga pasokan gula nasional.
"Kami memahami keresahan petani saat musim giling tebu, terutama terkait harga yang berpotensi turun. Karena itu, ID FOOD bersama SGN serta pedagang terus menggenjot penyerapan gula secara bertahap. Dengan mekanisme ini, harga petani tetap terjaga dan distribusi gula ke pasar berjalan stabil," ucap Yosdian dalam keterangan tertulisnya, Senin 29 September 2025.
Baca juga: Danantara Siapkan Dana Rp1,5 Triliun Untuk Serap Gula Petani Lewat ID Food
Menurut Yosdian, angka penyerepan gula petani tersebut terdiri dari penyerapan yang dilakukan ID FOOD sebanyak 92.830 ton, SGN sebanyak 6.896 ton, dan pedagang sebanyak 21.586 ton.
“Penyerapan gula dilakukan di 24 pabrik gula, yang terdiri dari 18 pabrik gula SGN dam 6 pabrik gula ID FOOD,” sebutnya.
Lebih lanjut Yosdian menjelaskan, total serapan gula petani sebesar 121.312 ton tersebut dilakukan dengan menggunakan mekanisme pendanaan Danantara, komersil, internal, dan pedagang.
“Mekanisme penyerapan dilakukan bertahap sesuai permintaan dan ketersediaan stok di masing-masing pabrik gula,” terangnya.
Pihaknya berharap, selain menjaga harga petani, langkah ini juga menjadi bagian dari kontribusi ID FOOD dalam mendukung program pemerintah memperkuat ekosistem industri gula nasional.
Tahun ini, berdasarkan data neraca komoditas Badan Pangan Nasional (Bapanas), konsumsi gula nasional diperkirakan mencapai 2.841.928 ton, sementara produksi gula kristal putih (GKP) dalam negeri baru sekitar 2.589.073 ton.
“Keterlibatan BUMN pangan melalui skema penyerapan dan distribusi diharapkan mampu menjaga stabilisasi stok dan harga, sehingga mempersempit kesenjangan antara produksi dan kebutuhan masyarakat,” ungkap Yosdian.
Lebih dari sekadar menjaga harga, ia menuturkan, upaya kolaboratif ini juga mendorong terciptanya rantai pasokan gula yang lebih sehat dan berkelanjutan.
ID Food menegaskan akan terus memperkuat peranannya sebagai offtaker gula petani serta memperluas jaringan distribusi hingga ke ritel modern dan pasar tradisional.
“Dengan langkah ini, ID FOOD tidak hanya hadir sebagai penyerap hasil panen, tetapi juga sebagai motor penggerak industri gula nasional melalui dukungan hulu hingga hilir. Sinergi BUMN pangan bersama petani, SGN, pedagang, dan stakeholder lainnya diharapkan semakin memperkuat ketahanan pangan Indonesia,” tuturnya.
Baca juga: Profil Ghimoyo, Orang Dekat Haji Isam yang Jadi Dirut ID FOOD
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) Soemitro Samadikoen, pada kesempatan terspisah turut merespon upaya penyerapan gula petani.
Ia menilai pola pelelangan mandiri seperti yang dijalankan ID FOOD bisa menjadi solusi. Dengan sistem tersebut, distribusi gula lebih cepat sekaligus menjaga harga di tingkat petani.
Ia juga menanggapi perihal masih maraknya peredaran gula rafinasi di pasar gula konsumsi, sehingga dapat menghambat penyerapan.
“Konsumsi gula kita masih tinggi, tapi pasar justru tercampur dengan gula rafinasi. Maka mekanisme pelelangan harus diperbaiki,” tegasnya.
Baca juga: Erick Thohir Tunjuk Ghimoyo Jadi Dirut ID FOOD Gantikan Sis Apik
Perihal masih maraknya peredaran gula rafinasi di pasar konsumsi rumah tangga, Yosdian mengatakan, peredaran gula rafinasi secara ilegal bukan hanya menekan harga gula petani, tetapi juga membuat penjualan gula dari pabrik gula BUMN menjadi lesu.
ID FOOD sendiri mendapatkan temuan bahwa peredaran gula rafinasi dalam pasar konsumsi masyarakat terpantau menyebar di seluruh Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan.
“Kami berharap pengawasan dan penindakan terhadap peredaran gula rafinasi bisa lebih ditegakkan. Hal ini penting agar pasar gula konsumsi tetap sehat, harga petani terjaga, dan pabrik gula BUMN tetap berdaya saing,” tandasnya.