IHSG Dibuka Naik ke Level 8.201, Rupiah Melamah Rp16.618 per Dolar AS

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Okt 2025, 09:54
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). (ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/tom)


Ntvnews.id
, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu 8 Oktober 2025 bergerak menguat seiring meningkatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 dan 2026.

Dikutip dari Antara, IHSG dibuka menguat 31,86 poin atau 0,39 persen ke posisi 8.201,14.

Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 2,63 poin atau 0,33 persen ke posisi 788,00.

"Diperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan penguatan menuju level tertinggi di 8.217. Jika IHSG mampu bertahan di atas level 8.200- 8.217 dengan didukung volume, maka sinyal bullish akan semakin kuat,” ujar Kepala Riset Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam kajiannya.

Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Pecah Rekor Lagi, Tembus Rp2.296.000 Segram

Dari dalam negeri, Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 menjadi 4,8 persen year on year (yoy) dari proyeksi sebelumnya 4,7 persen (yoy). Untuk tahun 2026, Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh 4,8 persen (yoy), sama seperti prediksi sebelumnya.

Sementara itu, cadangan devisa Indonesia September 2025 turun menjadi 148,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS), dari sebelumnya 150,7 miliar dolar AS pada Agustus 2025, atau merupakan level terendah sejak Juli 2024, dengan penurunan disebabkan oleh adanya pembayaran utang oleh pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Dari mancanegara, Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan terbuka untuk mencapai kesepakatan pendanaan subsidi layanan kesehatan yang dituntut oleh Partai Demokrat menyusul pemungutan suara Senat yang gagal untuk mengakhiri penutupan pemerintah.

Shutdown (penutupan) pemerintah yang kini memasuki pekan kedua, menyebabkan penundaan rilis data ekonomi utama, yang berpotensi mempersulit pasar keuangan dan pembuat kebijakan The Fed untuk memperkirakan arah suku bunga AS ke depan.

Saat ini, pelaku pasar dan pejabat The Fed terpaksa mencari data alternatif, seringkali dari sumber swasta.

Pada perdagangan Selasa (07/10), bursa saham Eropa ditutup mayoritas menguat, diantaranya Euro Stoxx 50 melemah 0,33 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,05 persen, indeks DAX Jerman menguat 0,03 persen, serta indeks CAC Prancis menguat 0,04 persen.

Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Selasa (07/10), di antaranya Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 91,99 poin atau 0,20 persen ditutup di level 46.602,98, indeks S&P 500 melemah 0,38 persen ke level 6.714,59, indeks Nasdaq Composite melemah 0,67 persen dan ditutup di level 22.788,36.

Baca juga: Apple Rilis Beta Pengembang Kedua untuk iOS 26.1 dan iPadOS 26.1

Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 30,12 poin atau 0,07 persen ke 47.976,00, indeks Shanghai menguat 20,25 poin atau 0,52 persen ke 3.882,78, indeks Hang Seng melemah 257,77 poin atau 0,95 persen ke 26.708,50, dan indeks Strait Times melemah 16,98 poin atau 0,38 persen ke 4.455,07.

Sementara itu, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu (8/10) di Jakarta melemah sebesar 57 poin atau 0,34 persen menjadi Rp16.618 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.561 per dolar AS.

x|close