BI Pertahankan BI-Rate 4,75 Persen, Level Terendah Sejak 2022
NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Okt 2025, 18:38
Muhammad Fikri
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Tangkapan Layar - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (atas, tengah) menyampaikan pemaparannya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu (22/10/2025). Perry Warjiyo mengatakan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) yang saat ini berada pada level 4,75 persen merupakan tingkat BI-Rate terendah sejak 2022. (ANTARA)
Ntvnews.id, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI-Rate di level 4,75 persen, yang menjadi posisi terendah sejak tahun 2022. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan hal ini dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu, 22 Oktober 2025.
“BI-Rate telah turun sebesar 150 basis poin (bps) sejak September 2024 menjadi 4,75 persen yang merupakan level terendah sejak tahun 2022,” ujar Perry.
Ia menjelaskan, penurunan suku bunga ini merupakan bagian dari bauran kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sambil tetap menjaga stabilitas perekonomian.
Selain itu, BI juga memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar off-shore Non-Deliverable Forward (NDF) maupun di pasar domestik melalui pasar spot, Domestic NDF (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Sejalan dengan langkah tersebut, BI juga menetapkan suku bunga instrumen moneter valas yang kompetitif untuk menjaga daya tarik penempatan dana di Indonesia dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Perry menambahkan, pihaknya juga melakukan ekspansi likuiditas rupiah dengan menurunkan posisi instrumen moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dari Rp916,97 triliun pada awal tahun 2025 menjadi Rp707,05 triliun per 21 Oktober 2025.
Selain itu, Bank Indonesia membeli SBN sebagai bentuk sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal. Hingga 21 Oktober 2025, nilai pembelian tersebut mencapai Rp268,36 triliun, termasuk pembelian di pasar sekunder dan program debt switching dengan pemerintah sebesar Rp199,45 triliun.
Menurut Perry, pembelian SBN di pasar sekunder dilakukan secara terukur, transparan, dan konsisten dengan kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas serta kredibilitas perekonomian nasional.
“Kebijakan moneter juga didukung oleh kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran guna mendorong pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung Selasa, 21 Oktober 2025 dan Rabu, 22 Oktober 2025 tersebut akhirnya memutuskan menahan suku bunga acuan di level 4,75 persen, mempertahankan kebijakan longgar untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional.