Ntvnews.id, Jakarta - Cap Go Meh adalah salah satu perayaan penting dalam budaya Tionghoa yang menandai puncak rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.
Dikenal dengan festival lampion, tarian barongsai, serta sajian kuliner khas, Cap Go Meh bukan sekadar pesta meriah, tetapi juga penuh makna sejarah dan filosofi mendalam. Lantas, bagaimana sejarah Cap Go Meh bermula?
Nama “Cap Go Meh” berasal dari dialek Hokkien:
Secara harfiah, Cap Go Meh berarti "malam kelima belas", yang merujuk pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek. Hari ini bertepatan dengan bulan purnama pertama dalam kalender lunar, melambangkan kesempurnaan, kebersamaan, dan harapan baru.
Baca juga: Terpopuler: Istri dr. Richard Lee Ikut Pindah Agama Hingga Makna Imlek bagi Masyarakat Tionghoa
Tradisi Cap Go Meh berakar dari masa Dinasti Han, lebih dari 2000 tahun lalu. Saat itu, Kaisar Han Ming mempromosikan ajaran Buddha di Tiongkok. Salah satu ajaran Buddha adalah menyalakan lampion sebagai simbol pencerahan. Sejak itulah, festival lampion menjadi bagian penting dari Cap Go Meh, melambangkan harapan untuk masa depan yang cerah.
Ada juga legenda tentang monster bernama Nian yang suka menyerang desa-desa setiap tahun baru. Warga desa menemukan bahwa Nian takut dengan warna merah, suara keras, dan cahaya terang. Sejak itu, orang-orang menyalakan kembang api, menggantung lampion merah, dan menampilkan tarian barongsai untuk mengusir roh jahat. Tradisi ini masih dijaga hingga sekarang dalam perayaan Cap Go Meh.