Keracunan Makanan Berulang Bisa Picu Peradangan Kronis di Saluran Cerna

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 29 Sep 2025, 15:15
thumbnail-author
Muhammad Fikri
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH menjelaskan bahaya keracunan makanan saat ditemui ANTARA usai mengikuti sebuah konferensi pers di Jakarta, Senin, 29 September 2025. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH menjelaskan bahaya keracunan makanan saat ditemui ANTARA usai mengikuti sebuah konferensi pers di Jakarta, Senin, 29 September 2025. (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, mengingatkan bahwa keracunan makanan berulang dapat memicu infeksi yang berujung pada peradangan kronis di saluran cerna, bahkan berisiko mengarah pada penyakit inflamasi usus.

“Ketika orang yang sering bolak-balik terinfeksi itu harus hati-hati, karena dia suatu waktu nanti bisa mengalami perubahan struktur dari dinding ususnya. Itu termasuk juga inflammatory bowel disease (penyakit inflamasi usus). Penyakit radang kronis non-infeksi itu juga dari situ pencetusnya,” kata Prof. Ari saat ditemui di Jakarta, Senin, 29 September 2025.

Menurutnya, infeksi berulang dapat membuat struktur dinding usus berubah. Tingkat keparahan kondisi tersebut tergantung pada jenis bakteri atau kuman yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Inflamasi pada usus juga bisa berdampak pada gangguan di beberapa organ tubuh, terutama jika penderita membutuhkan antibiotik.

Baca Juga: Prabowo soal MBG: Kekurangan Ada, Keracunan Iya, Kesalahan 0,00017 Persen Tapi Manfaatnya Besar

Untuk pencegahan, Prof. Ari menekankan pentingnya memasak makanan hingga benar-benar matang agar bakteri mati selama proses memasak. Ia juga mengingatkan agar makanan tidak terlalu lama dibiarkan pada suhu kamar.

“Masyarakat dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang. Misalnya pisau untuk memotong daging mentah dan seafood jangan digunakan bersamaan untuk memotong makanan yang sudah matang,” jelasnya.

Selain itu, kebersihan tempat pengolahan makanan harus dijaga agar makanan matang tidak tercemar bahan mentah. Makanan hangat sebaiknya tetap dijaga pada suhu di atas 65 derajat Celcius, sementara makanan yang akan disajikan dipanaskan hingga di atas 85 derajat Celcius.

Bahan makanan juga perlu disimpan dalam kulkas dengan suhu yang sesuai. “Jika makanan terlalu lama berada pada suhu kamar, makanan tersebut mungkin sudah tidak aman untuk dimakan. Masyarakat juga diharapkan tidak mencairkan makanan ke suhu ruang atau defrost di dapur pada suhu kamar, lakukan defrost di kulkas, air keran yang mengalir, atau dengan menggunakan microwave,” tambahnya.

Baca Juga: Cegah Keracunan, Prabowo Wajibkan Dapur MBG Gunakan Alat Uji Makanan

Sementara itu, makanan dan minuman kemasan harus disimpan sesuai aturan pada label, misalnya di suhu 2–8 derajat Celcius, di freezer, atau pada suhu ruang yang tidak terpapar langsung sinar matahari.

(Sumber: Antara)

x|close