Ntvnews.id, Manila - Departemen Kehakiman Filipina, pada Senin, 25 November 2024, secara resmi menuduh Wakil Presiden Sara Duterte sebagai otak di balik rencana pembunuhan Presiden Ferdinand Marcos Jr.
Dalam tindak lanjutnya, departemen tersebut memberikan waktu lima hari kepada Sara untuk merespons panggilan pengadilan. Ia diminta memberikan klarifikasi terkait pernyataannya dalam konferensi pers pada Sabtu, 23 November 2024 di mana ia mengaku telah berbicara dengan seseorang untuk memerintahkan pembunuhan terhadap Marcos, istrinya, serta juru bicara DPR Filipina jika dirinya tewas.
“Pemerintah mengambil langkah untuk melindungi presiden terpilih kami,” ujar Wakil Menteri Kehakiman Filipina, Jesse Andres, kepada wartawan sebagaimana dikutip dari AFP, Senin, 25 November 2024.
Baca Juga: Rangkuman Singkat Jejak Konflik Antara Presiden dan Wakil Presiden Filipina yang Memanas
“Rencana pembunuhan terhadap presiden yang diakui oleh pelakunya sendiri kini akan menghadapi proses hukum,” lanjutnya,
Beberapa jam sebelumnya, Presiden Marcos Jr dalam komentar publik pertamanya menanggapi ancaman tersebut dengan berjanji untuk "melawan" apa yang ia sebut sebagai ancaman "mengkhawatirkan".
Hubungan aliansi politik antara Marcos dan Duterte, yang membawa mereka ke tampuk kekuasaan pada 2022, kini retak menjelang pemilu sela tahun depan. Kedua belah pihak saling melontarkan tuduhan, termasuk soal kecanduan narkoba.