"Pengelolaan sampah di Bali hampir tidak mampu mengimbangi volume yang dihasilkan, dan itu jauh dari cukup," ujar Kristin Winkaffe, seorang pakar perjalanan berkelanjutan di Asia Tenggara.
Masalah ini diperburuk oleh lonjakan jumlah wisatawan pascapandemi. Pada 2023, Bali mencatat 5,3 juta wisatawan internasional, hampir menyamai angka pra-pandemi sebesar 6,3 juta pada 2019.
Baca Juga: IKN Semakin Diminati, Otorita Sebut Kunjungan Wisatawan Capai 5.000 Orang Per Hari
Pada tujuh bulan pertama 2024, jumlah wisatawan asing meningkat menjadi 3,5 juta, naik 22% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lonjakan ini memberikan tekanan besar pada infrastruktur Bali, dengan pantai-pantai seperti Kuta dan Seminyak kini dipenuhi sampah, sementara sistem pengelolaan sampah kewalahan.
Kondisi ini juga mencerminkan buruknya tata kelola pariwisata di Bali. World Wildlife Fund (WWF) telah lama mengkritik perkembangan pariwisata di Bali, yang disebut terlalu cepat dan tanpa perencanaan berkelanjutan.
Dalam laporan tahun 2007, WWF menyatakan bahwa pariwisata telah menyebabkan kerusakan serius pada lingkungan Bali, dengan ekosistemnya menjadi sangat rentan.