“Saya sangat marah sehingga harus turun ke jalan,” kata Kim, seorang pria berusia 50-an yang dihentikan polisi saat mencoba memanjat pagar.
Ia menyebut langkah presiden sebagai “pelanggaran konstitusi dan penyalahgunaan kekuasaan negara.”
Seorang staf Majelis Nasional mengungkapkan situasi yang tegang di dalam kompleks.
“Kami melihat banyak polisi mulai siang hari, dan bahkan staf parlemen tidak diizinkan masuk meski menunjukkan kartu identitas. Tidak heran jika ini disebut kediktatoran. Darurat militer di era modern seperti ini benar-benar sulit dipercaya,” ujarnya.
Sementara itu, kantor kepresidenan belum memberikan pernyataan resmi hingga pukul 01.40 dini hari waktu setempat. Namun, dalam pidatonya pada Selasa malam, Yoon menyalahkan partai oposisi karena dianggap menyandera proses parlemen.
Ia menyebut lawan politiknya sebagai “kekuatan anti-negara pro-Korea Utara” dan merasa terpaksa mengambil langkah darurat untuk menjaga tatanan konstitusi.