Dubes Oemar menjelaskan bahwa Kebaya menggambarkan perpaduan budaya yang unik di kawasan ini dan menjadi simbol yang luar biasa dari multikulturalisme negara-negara Asia Tenggara.
"Ini mencerminkan komitmen bersama untuk merayakan serta melestarikan warisan budaya yang kaya dan beragam di kawasan ini," tambahnya.
Selain itu, Dubes Oemar mengungkapkan bahwa pencatatan Kebaya ini memiliki peran penting dalam meningkatkan visibilitas, kesadaran, dan penghargaan terhadap praktik warisan budaya tak benda, serta mendukung upaya pelestariannya.
Namun, penting untuk dipahami bahwa pencatatan budaya yang berhasil masuk ke dalam Daftar WBTB UNESCO tidak berarti bahwa elemen budaya tersebut hanya dimiliki, berasal, atau terbatas pada negara yang mengusulkannya.
Sulaiman Syarif, Duta Besar RI untuk Argentina, Uruguay, dan Paraguay, sekaligus Wakil Ketua Delegasi Indonesia untuk Sidang Komite WBTB ke-19 UNESCO, menyatakan rasa bangganya atas keberhasilan Kebaya terdaftar dalam Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Ia menekankan bahwa pencapaian ini tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga memperkuat solidaritas dan kerja sama antarnegara ASEAN dalam melestarikan warisan budaya yang bernilai.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Kebudayaan Indonesia, Fadli Zon, menyampaikan bahwa Kebaya merupakan warisan budaya yang melambangkan persatuan di Asia Tenggara.