"Orang beragama mudah melihat perbedaan, dan sensitif terhadap perbedaan. Orang beriman cenderung mencari persamaan, menerima perbedaan, dan mau mendengarkan orang lain," papar Heru.
"Yang berbeda agamanya, tetapi tetaplah sesamanya dalam kemanusiaan. Baik atau buruknya manusia tidak ditentukan oleh agama yang dianutnya, melainkan perbuatannya," sambungnya.
Orang beragama, lanjut Heru, sering mementingkan simbol, atribut, dan hal ritual agamanya saja. Sedangkan orang beriman, menyembunyikan ibadahnya dari orang lain.
"Keseharian hidupnya, berisi praktik iman tanpa jeda. Ada yang melihat atau tidak, bukan ukuran perbuatannya," jelas dia.
Orang beragama, lanjut dia, mungkin baik dalam urusan ibadahnya saja. Orang beriman, Heru menilai, baik dalam semua urusan, karena menganggap semua urusan sebagai ibadahnya.
"Disarankan ini jangan dipakai untuk menilai orang lain, tetapi untuk introspeksi diri masing-masing. 'Saya termasuk sebagai orang beragama atau orang beriman?'. Semoga kita termasuk orang yang beriman," tandas mantan Ketua Umum Pokdarkamtibmas Bhayangkara Nasional ini.