Seorang ahli manajemen rumah duka di Tiongkok barat daya, Wang, menyebutkan bahwa tujuan tes adalah menyaring kandidat yang benar-benar serius.
“Meskipun mungkin efektif, ada cara lain yang lebih manusiawi,” katanya.
Baca Juga: Geger Penemuan Mayat dalam Rumah Kecil di Bogor
Metode rekrutmen ini menuai perdebatan di media sosial. Sebagian netizen menganggapnya terlalu ekstrem dan tidak sesuai standar etis. “Tes psikologi profesional atau masa magang akan jauh lebih tepat,” ungkap Wang.
Di sisi lain, beberapa warganet menanggapinya dengan humor. “Lebih baik daripada wawancara dengan 10 orang hidup—setidaknya mereka tidak bisa mengeluh!” tulis salah satu komentar. Namun, banyak yang menilai gaji sebesar Rp 4,8 juta terlalu rendah mengingat beban kerja dan risiko psikologis.
Beberapa kandidat menyebut metode rekrutmen ini tidak sesuai standar profesional. Banyak perusahaan serupa di Tiongkok telah menggunakan metode yang lebih manusiawi untuk menilai calon karyawan, tanpa menimbulkan trauma atau ketidaknyamanan.
Meski posisi tersebut menawarkan gaji bulanan, pembayaran asuransi sosial, dan tunjangan shift malam, posisi ini tidak termasuk bian zhi, yang berarti tidak menawarkan tunjangan pekerjaan tetap yang umum di Tiongkok.