Menurut Neni, konflik bermula dari meja tamu di lantai 18 yang dirasa perlu diganti. Meja tersebut telah dipakai sejak era pimpinan sebelumnya. Ia menilai permasalahan terkait rumah tangga kantor sering diarahkan kepadanya, hingga berujung pada pemindahannya dari institusi.
“Lalu semua masalah urusan rumah tangga yang terjadi di lapangan, bermuara kepada saya, sampai saya harus keluar dari institusi ini,” katanya.
Neni juga menceritakan bahwa pada 30 Oktober 2024, ia dipanggil oleh pimpinan untuk diberikan peringatan keras. Saat itu, ia didampingi oleh seorang sekretariat pimpinan yang belakangan juga dipecat.
Menteri Dikti Saintek, Satryo Soemantri bersama sang istri, Silvia Ratnawati Brodjonegoro. (Dok.Antara)
“Perintah pimpinan adalah tidak diperbolehkan membeli sesuatu tanpa persetujuan pimpinan, kalau terjadi lagi saya pecat kalian... Dan pada tanggal 1 Desember 2024 sekretariat pimpinan tersebut dipecat, melalui telepon,” ujarnya.
Pada 3 Desember 2024, Neni mengungkapkan bahwa Ketua Tim Umum dan Barang Milik Negara (BMN) tiba-tiba dipindahkan dari rumah tangga hanya melalui pesan WhatsApp. Meski demikian, ia menyebut bahwa timnya tetap menjalankan tugas sesuai arahan pimpinan lainnya.
“Sampai kemarin saya diusir layaknya penghuni kost yang tidak membayar sewa? Apakah pantas seorang pimpinan tertinggi kementerian memindahkan stafnya tanpa mengacu kepada Peraturan PNS/ASN yang berlaku?” tanyanya dengan tegas.
Kendati merasa diperlakukan tidak adil, Neni tetap menyampaikan permohonan maaf kepada pimpinan definitif atas kekurangan selama ia bekerja.