Ntvnews.id, Jakarta - PT Jaswita Jaya Lestari (JLJ) tengah menjadi perbincangan hangat setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memerintahkan pembongkaran tempat wisata Hibisc Fantasy Puncak yang dikelola perusahaan tersebut.
Keberadaan wisata ini diduga menjadi salah satu pemicu banjir di wilayah Jabodetabek.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Pastikan Pembongkaran Hibisc Fantasy Puncak Dilakukan Hari Ini
Direktur PT Jaswita Jabar, Wahyu Nugroho, mengakui bahwa anak perusahaannya, Jaswita Jaya Lestari, bertanggung jawab atas pengelolaan Hibisc Fantasy Puncak. Namun, ia menegaskan bahwa tempat wisata ini dijalankan bersama PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN 8).
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa tempat wisata Hibisc Fantasy Puncak, yang dikelola oleh PT Jasa dan Kepariwisataan (Jaswita) dan berdiri di kawasan perkebunan teh Gunung Mas, Puncak, Kabupaten Bogor, akan dibongkar. (Antara)
"Objek wisata tersebut dikelola oleh Jaswita Lestari Jaya bekerja sama dengan mitranya dan PTPN 8," ujar Wahyu, pada Rabu, 5 Maret 2025.
PT Jaswita Jaya Lestari merupakan anak usaha PT Jasa dan Kepariwisataan (Jaswita) Jabar (Perseroda). Perusahaan ini resmi berdiri pada 8 Februari 2018 dengan modal awal Rp60 miliar.
Sejak 2023, perusahaan ini dipimpin oleh Direktur Utama R. Ridha Wirahman P., sementara posisi Komisaris Utama dipegang oleh Hendra Guntara.
Berdasarkan akta pendirian perusahaan, tujuan utama JLJ adalah menyediakan akomodasi serta penyediaan makanan dan minuman. Komposisi kepemilikan saham perusahaan ini mengalami beberapa kali perubahan.
Awalnya, Jaswita Jabar memiliki 70 persen saham dengan nilai Rp10,5 miliar, sementara 29 persen saham lainnya dimiliki PT Lestari Abadi Mandiri, dan 1 persen sisanya dimiliki PT Anugrah Jaya Agung.
Namun, pada 23 September 2021, total nilai saham menyusut dari Rp60 miliar menjadi Rp7,5 miliar. Jaswita Jabar tetap mempertahankan 70 persen sahamnya, sementara 30 persen lainnya beralih ke PT Bajo Tibra Juara.
Setahun kemudian, pada 23 September 2022, nilai saham kembali turun menjadi Rp3,93 miliar dengan persentase kepemilikan yang tetap.