Ntvnews.id, Berlin - Kanselir Jerman Friedrich Merz menyampaikan bahwa Jerman bersama Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat telah mencabut pembatasan terhadap jangkauan senjata yang diberikan kepada Ukraina. Kebijakan baru ini membuka jalan bagi Kyiv untuk melakukan serangan terhadap target militer yang berada di wilayah Rusia.
Selama ini, Ukraina terus mendesak agar larangan tersebut dicabut, namun negara-negara Barat menolaknya dengan alasan menghindari keterlibatan langsung dalam konflik bersenjata.
“Tidak ada lagi pembatasan jangkauan terhadap senjata yang dikirim ke Ukraina — baik dari Inggris, Prancis, Jerman, maupun Amerika Serikat,” kata Merz dalam konferensi digital re:publica, dikutip dari DW, Rabu, 28 Mei 2025.
Dengan kebijakan ini, lanjut Merz, Ukraina kini diperbolehkan untuk melakukan serangan terhadap posisi militer Rusia sebagai bagian dari hak mempertahankan diri.
“Ini adalah hal yang sebelumnya hampir tidak dilakukan. Sekarang mereka memiliki wewenang untuk itu,” ujarnya.
Baca Juga: Jerman Bersiap untuk Antisipasi Ancaman Rusia
Merz juga menegaskan dukungannya terhadap Ukraina melalui unggahan di platform X (sebelumnya Twitter), dengan menyatakan bahwa Jerman akan terus melakukan segala hal yang diperlukan untuk mendukung Kyiv. Meski demikian, ia tidak menyebutkan negara mana yang pertama kali menetapkan keputusan ini atau pada tahap mana keputusan itu diambil.
Tanggapan Rusia: Langkah Berbahaya yang Hambat Perdamaian
Pemerintah Rusia mengecam pencabutan batasan tersebut dan menyebutnya sebagai langkah yang berisiko tinggi serta menghambat proses menuju perdamaian.
“Jika benar keputusan ini diambil, maka ini bertolak belakang dengan tujuan kami untuk mencari solusi politik. Ini adalah langkah yang sangat berbahaya,” ujar juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam wawancara dengan jurnalis Rusia, Alexander Yunashev.
Moskow telah berulang kali mengkritik pengiriman senjata jarak jauh ke Ukraina oleh negara-negara Barat, dan secara khusus memperingatkan Jerman untuk tidak mengirim sistem rudal Taurus karena daya jangkau sistem tersebut yang mencapai 500 kilometer.
Perubahan Sikap dari Negara-Negara Barat
Ketika Rusia melancarkan invasi besar ke Ukraina pada tahun 2022, negara-negara Barat semula enggan memasok senjata jarak jauh karena khawatir akan memperburuk konflik. Namun, kebijakan ini perlahan berubah. Inggris dan Prancis, misalnya, telah mengirim rudal jelajah Storm Shadow dan Scalp dengan jangkauan hingga 250 kilometer.
Baca Juga: Pesawat Militer Rusia Dekati Wilayah Jerman
Pada November 2024, Presiden AS saat itu, Joe Biden, menyetujui penggunaan sistem rudal ATACMS oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia. Pada bulan yang sama, Ukraina dikabarkan menembakkan rudal Storm Shadow ke wilayah Rusia atas restu Inggris. Prancis juga menegaskan bahwa serangan terhadap target militer di Rusia merupakan tindakan yang sah dalam konteks pertahanan.
Di bawah pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Olaf Scholz, Jerman menolak mengirim rudal Taurus karena khawatir memprovokasi Moskow. Meski Friedrich Merz pernah mendukung pengiriman sistem tersebut, dalam pernyataannya kali ini ia tidak menyebutkannya secara langsung.
Pemerintahan baru Jerman kini memilih untuk tidak secara terbuka mengungkap jenis senjata yang diberikan kepada Ukraina, mengadopsi pendekatan strategis yang lebih samar.
Sementara itu, Rusia telah memperingatkan bahwa apabila Ukraina menggunakan rudal Taurus buatan Jerman untuk menyerang infrastruktur transportasi di Rusia, maka Jerman akan dianggap terlibat langsung dalam konflik tersebut.