Tangis Penyesalan Agus, Penjaga Palang Pintu yang Jadi Tersangka Kecelakaan KA Malioboro

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 28 Mei 2025, 12:45
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Agus Penjaga Palang Pintu Agus Penjaga Palang Pintu (Instagram)

Ntvnews.id, Jakarta - Wajah letih dan suara tercekat menyelimuti ruang pertemuan di Polres Magetan saat Agus Supriyanto (49), penjaga palang pintu di perlintasan kereta Jalan Raya Kelurahan Mangge, bertemu langsung dengan keluarga korban kecelakaan tragis KA Malioboro Ekspres. 

Peristiwa memilukan itu merenggut empat nyawa dan kini membuat Agus harus menjalani proses hukum sebagai tersangka. Dalam video yang menyebar luas di media sosial, tampak Agus tak mampu membendung air matanya. 

Ia menangis tersedu, bersimpuh di hadapan keluarga korban sambil menyampaikan permintaan maaf yang dalam. Tak ada kata yang mampu meredam suasana saat itu, selain pelukan hangat Kapolres Magetan AKBP Raden Erik Bangun Prakasa yang mencoba menenangkan Agus.

“Pak Agus harus tahu bahwa semua ini sudah ketetapan Allah. Tidak ada yang tahu musibah. Pak Agus harus kuat,” ucap Kapolres Erik dengan suara tenang, seperti terlihat dalam video yang viral pada Selasa, 27 Mei 2025, dilansir akun Instagram @area.madiun

Agus mengaku tidak pernah membayangkan dirinya menjadi bagian dari tragedi besar yang menewaskan empat orang. Dalam pernyataannya, ia menjelaskan bahwa sebelum kejadian, KA Matarmaja telah melintas. Mengira jalur sudah aman, ia membuka palang pintu.

Namun, seketika ingatannya terhentak, masih ada KA Malioboro Ekspres yang juga akan lewat. Ia bergegas menutup kembali palang pintu, namun sudah terlambat. Beberapa pengendara motor telah telanjur menerobos perlintasan. Benturan keras pun tak terhindarkan.

“Saya baru ingat masih ada kereta yang akan melintas. Saya langsung berusaha menutup kembali palang, tapi sudah banyak motor yang masuk,” ungkap Agus lirih.

Kecelakaan maut pun terjadi. Agus tak kuasa menghentikan rangkaian KA Malioboro yang melaju kencang. Tujuh motor tertabrak, empat nyawa melayang, dan beberapa lainnya mengalami luka serius.

“Saya minta maaf sebesar-besarnya. Tidak ada unsur kesengajaan dalam kejadian ini,” ucap Agus dengan suara patah, sesekali terisak.

Kapolres Erik menjelaskan bahwa pertemuan ini bertujuan mempertemukan dua sisi yang sama-sama terluka: korban dan pelaku.

“Saya ingin mereka saling mengenal, saling memahami. Ini bukan tentang siapa salah siapa benar, tapi tentang manusia yang sama-sama berduka,” jelasnya.

Kini Agus harus menghadapi proses hukum. Ia mengaku siap bertanggung jawab, menerima apapun konsekuensinya. Tapi di balik status hukumnya, ia tetaplah seorang manusia yang terluka oleh kesedihan dan rasa bersalah.

Tragedi ini menjadi pengingat bahwa setiap perlintasan bukan sekadar jalur logistik, melainkan titik kritis yang melibatkan nyawa. Dan di balik palang pintu itu, ada sosok seperti Agus, yang memikul beban berat tak kasat mata antara tugas dan takdir.

x|close