Viral Kupon Tebus Daging Kurban Rp15 Ribu, Ini Klarifikasi Panitia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 8 Jun 2025, 13:45
thumbnail-author
Alber Laia
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Tarmin memberikan klarifikasi soal praktik penebusan daging kurban seharga Rp15 ribu per kantong. Tarmin memberikan klarifikasi soal praktik penebusan daging kurban seharga Rp15 ribu per kantong. (Instagram)

Ntvnews.id, Jakarta - Sebuah video viral di TikTok menghebohkan warganet sejak Jumat 6 Juni 2025, setelah memperlihatkan seorang warga di Bantargebang, Bekasi, mengeluhkan praktik penebusan daging kurban seharga Rp15 ribu per kantong.

Video yang diunggah oleh akun @akkadeui0 itu memicu perdebatan dan kecaman publik, terutama dari kalangan umat Islam yang menilai bahwa daging kurban seharusnya diberikan secara gratis.

Baca Juga: Desa Batur Viral! Catat Kurban Terbanyak se-Indonesia 197 Sapi dan 523 Domba!

Dalam cuplikan video berdurasi singkat tersebut, seorang ibu menyampaikan bahwa ia harus membayar Rp45 ribu untuk tiga kantong daging. Ketika ditanya siapa yang meminta pembayaran, ia menyebut nama seorang pria yang disebut sebagai "Bos Armin".

Tak butuh waktu lama, video ini menjadi viral dan menuai reaksi keras dari netizen. Banyak yang menyoroti bahwa tindakan meminta uang tebusan bertentangan dengan prinsip dasar ibadah kurban, yang seharusnya berlandaskan pada keikhlasan dan diberikan secara cuma-cuma kepada yang berhak.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh OFFICIAL LAMBE TURAH ENTRNT (@lambe_turah)

Namun, pada Minggu 8 Juni 2025, pria yang disebut-sebut dalam video tersebut akhirnya muncul dan memberikan klarifikasi. Dalam video permintaan maaf yang diunggah akun Lambeturah, ia memperkenalkan dirinya sebagai Tarmin.

"Assalamu’alaikum, nama saya Tarmin. Sebelumnya saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada instansi terkait, dari tingkat kota, kecamatan, hingga kelurahan, karena saya telah membuat gaduh di Kota Bekasi," ujar Tarmin.

Ia menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan kurban, warga setempat telah melakukan musyawarah bersama. Saat itu, belum ada kepastian terkait penyediaan hewan kurban. Setelah ada yang bersedia menyumbang sapi, mereka pun sepakat secara kolektif untuk mengelola distribusi daging dengan cara menggalang partisipasi warga.

"Kami menyampaikan penjelasan bahwa sebelum ini viral, sebelum datang sapi itu, sudah ada musyawarah dan kesepakatan bersama. Karena awalnya belum ada sapi yang memberi. Setelah adanya sapi, kami dengan inisiatif mencari teman-teman agar bisa ikut memakan daging sapi tersebut," tambah Tarmin.

x|close