Ntvnews.id, Jakarta - Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) tak sekadar layanan medis, tapi merupakan investasi strategis bangsa untuk melindungi nyawa, menjaga produktivitas masyarakat, dan meringankan beban ekonomi, baik di tingkat keluarga maupun negara.
Hal itu disampaikan Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Prita Laura, di Jakarta, Jumat, 13 Juni 2025.
Ia menegaskan bahwa Indonesia tengah dibayangi ancaman serius dari penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, stroke, hingga gagal ginjal yang setiap tahunnya merenggut lebih dari 500 ribu jiwa.
"Biaya pengobatan penyakit ini sangat besar. Total beban penyakit tidak menular melebihi Rp20 triliun per tahun setara anggaran untuk merenovasi 10 ribu sekolah atau merevitalisasi lebih dari 60 rumah sakit umum daerah di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal,” katanya.
Baca juga: PCO Sebut CKG Program Kesehatan Prabowo Terbesar di Dunia
Dari hasil pemeriksaan terhadap 8,2 juta peserta Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dalam kurun waktu empat bulan sejak diluncurkan pada 10 Februari 2025, Prita mengungkapkan temuan yang cukup memprihatinkan. Satu dari lima peserta terdeteksi menderita hipertensi, 5,9 persen mengalami diabetes, dan lebih dari separuhnya memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut.
Tak hanya itu, Prita juga menambahkan bahwa obesitas sentral juga menjadi sorotan. Angkanya tergolong tinggi, sekitar 50 persen perempuan dan 25 persen laki-laki peserta CKG teridentifikasi mengalami kondisi ini.
"Pemeriksaan itu telah dilakukan di 9.552 Puskesmas di 38 provinsi," ujarnya.
Prita menjelaskan bahwa Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) juga sejalan dengan praktik kesehatan yang telah diterapkan di berbagai negara maju. Sebagai contoh, Jepang mewajibkan pemeriksaan kesehatan tahunan bagi seluruh pekerja sebagai bentuk pencegahan dini.
Sementara itu, Inggris melalui sistem jaminan kesehatan National Health Service (NHS), menyediakan layanan skrining gratis bagi warga berusia 40 hingga 74 tahun ini merupakan sebuah langkah strategis untuk menjaga kesehatan populasi secara menyeluruh, tambahnya.
"Menurut WHO dan World Bank, biaya deteksi dini jauh lebih murah dibandingkan pengobatan penyakit kronis," ujarnya.
(Sumber: Antara)