Ntvnews.id, Jakarta - Ketua Dewan Pembina Partai GEKIRA, Hashim Djojohadikusumo, mengungkap pengalaman pribadi yang menunjukkan betapa rumitnya relasi kekuasaan di Indonesia, terutama saat berada di pihak oposisi.
Dalam pidatonya pada Kongres GEKIRA yang berlangsung di Nusantara Ballroom, NT Tower, Hashim menceritakan insiden saat ia pernah meminta bantuan kepada seorang Kapolda untuk membantu membatalkan proyek pembebasan lahan di gunung Kerinci.
Hashim menjelaskan, dia sebagai pecinta hewan dan lingkungan merasa ada yang kurang pas jika gunung kerinci lahannya dibebaskan untuk umum. Gunung kerinci sendiri merupakan salah satu gunung terluas yang ada di Indonesia yang di dalamnya ada hewan dan tumbuhan yang masih alami.
“Kita pernah minta bantuan dari seorang Kapolda untuk bantu orang yang tertindas. Gak mau. Kapolda itu gak mau angkat ke luar. Hashim minta bantuan, gak dianggap. Ini realita. Karena kita oposisi,” kata Hashim di hadapan peserta kongres.
Hal sebaliknya terjadi saat Hashim berada didalam pemerintahan. Baru-baru ini, Hashim dihubungi oleh salah satu pastor di mana jemaahnya terjebak dalam konflik Israel dan Iran.
Hashim bercerita bahwa saat dirinya mencoba menghubungi seorang duta besar dari negara tetangga, teleponnya langsung diangkat dan disambut baik.
“Kenapa dijawab? Karena Hashim punya kekuasaan. Tapi saya sampaikan ke Pak Aristo, kekuasaan saya datang dari Tuhan Yesus. Saya berbuat karena Tuhan,” ujarnya.
Hashim menegaskan bahwa kekuasaan yang dimilikinya bukan untuk disombongkan, melainkan sebagai sarana untuk berbuat baik. Ia mengingatkan agar para pejabat, termasuk kader Gekira yang hadir, tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk hal-hal yang merugikan.
Dalam kesempatan itu, Hashim juga menyebut beberapa kepala daerah yang menurutnya berhasil duduk di posisi strategis berkat dukungan Gerindra, seperti Gubernur Sulawesi Utara Yulia Selvanus Kemalik dan Gubernur Maluku, Henrik Melewarisa.
Ia menilai keberhasilan tersebut merupakan bentuk nyata dari kekuasaan yang digunakan untuk memperjuangkan suara rakyat, termasuk umat minoritas.