Ntvnews.id, Taheran - Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran dalam upaya menekan kemajuan program nuklir negara tersebut. Tindakan ini memicu kekhawatiran global atas potensi eskalasi konflik serta risiko terjadinya pencemaran radiasi nuklir.
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa serangan itu berhasil menghancurkan fasilitas pengayaan uranium Iran, dan memperingatkan bahwa serangan tambahan bisa dilakukan jika Teheran tidak mengambil langkah menuju perdamaian.
"Jika Iran tidak memilih jalan damai, maka tragedi yang jauh lebih besar dari delapan hari terakhir akan terjadi. Masih ada banyak target lain yang siap dihantam," ujar Trump dalam pidato malamnya kepada warga AS, sebagaimana dilansir AFP, Minggu, 22 Juni 2025.
Baca Juga: Netanyahu Ucapkan Terima Kasih kepada Trump, Sebut Serangan AS ke Iran sebagai Titik Balik Sejarah
Laporan dari CNN International menyebutkan bahwa tiga lokasi yang menjadi sasaran adalah Natanz, Fordow, dan Isfahan tiga fasilitas utama yang menopang ambisi nuklir Iran. Ketiganya juga pernah menjadi target operasi militer Israel.
Berikut rincian dari masing-masing fasilitas tersebut:
1. Natanz
Terletak sekitar 250 kilometer di selatan Teheran, Natanz dikenal sebagai pusat pengayaan uranium terbesar di Iran. Para pengamat menyebut fasilitas ini digunakan untuk merakit dan mengembangkan sentrifugal yang mengubah uranium menjadi bahan bakar nuklir.
Menurut Nuclear Threat Initiative (NTI), kompleks ini terdiri dari enam bangunan di permukaan dan tiga bangunan bawah tanah. Dua di antaranya dirancang untuk menampung hingga 50.000 sentrifugal.
Fasilitas ini telah beroperasi sejak 2003 dan menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran telah memperkaya uranium hingga 60 persen di sana. Untuk perbandingan, uranium untuk senjata memerlukan tingkat kemurnian 90 persen.
Baca Juga: AS Serang Iran, Sekjen PBB: Ini Adalah Ancaman Terhadap Perdamaian dan Keamanan Internasional
Sebelumnya, serangan Israel pernah merusak bagian atas tanah dari pabrik ini, dan dua pejabat AS menyebutkan bahwa satu serangan sempat menyebabkan pemadaman listrik di bagian bawah tanah tempat sentrifugal disimpan—taktik yang dinilai efektif dalam mengganggu operasi bawah tanah.
2. Fordow
Fasilitas ini tersembunyi di dalam pegunungan dekat kota Qom dan memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi. Informasi mengenai lokasi ini sebagian besar berasal dari dokumen Iran yang diperoleh oleh intelijen Israel beberapa tahun lalu.
Aula utama diperkirakan terletak 80–90 meter di bawah permukaan tanah, menjadikannya sangat sulit untuk dihancurkan lewat serangan udara konvensional. Israel menyebut hanya AS yang memiliki bom penghancur bunker yang mungkin bisa mencapai kedalaman tersebut, meskipun efektivitasnya masih diperdebatkan.
Menurut Institut Ilmu Pengetahuan dan Keamanan Internasional (ISIS), Fordow memungkinkan Iran mengubah uranium berkadar 60 persen menjadi sekitar 233 kilogram uranium untuk senjata hanya dalam tiga minggu cukup untuk memproduksi sembilan senjata nuklir.
Laporan terbaru dari IAEA menunjukkan peningkatan aktivitas pengayaan uranium di Fordow. Saat ini, sekitar 2.700 sentrifugal aktif di fasilitas tersebut.
3. Isfahan
Terletak di bagian tengah Iran, Isfahan merupakan pusat penelitian nuklir terbesar di negara itu. Fasilitas ini dibangun dengan bantuan Tiongkok dan mulai beroperasi sejak tahun 1984.
Berdasarkan data NTI, sekitar 3.000 ilmuwan bekerja di kompleks ini. Isfahan diduga menjadi pusat dari keseluruhan program nuklir Iran, yang dilengkapi dengan tiga reaktor riset kecil dari Tiongkok, fasilitas konversi uranium, pabrik bahan bakar, fasilitas kelongsong zirkonium, serta berbagai laboratorium dan infrastruktur pendukung lainnya.
Di sisi lain, pemerintah Iran menegaskan bahwa tidak ada bahan radioaktif yang tersisa di lokasi-lokasi yang menjadi sasaran serangan udara AS. Diperkirakan bahan aktif telah dipindahkan sebelum serangan terjadi.
Kantor berita resmi Iran (IRNA) mengutip seorang pejabat dari lembaga penyiaran negara yang mengatakan, "Tidak ada bahan yang dapat memicu radiasi di ketiga lokasi nuklir tersebut," seperti dilaporkan oleh Aljazeera, Minggu, 22 Juni 2025.