Ntvnews.id, Tel Aviv - Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, kembali menjadi sorotan setelah mengkritik keras keputusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan kabinetnya yang membuka akses bagi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Smotrich, tokoh politik sayap kanan yang dikenal dengan pandangan garis kerasnya, menyebut langkah tersebut sebagai sebuah “kesalahan besar” yang justru dianggap menguntungkan kelompok Hamas.
Dilansir dari Reuters, Selasa, 8 Juli 2025, Smotrich juga menuding Netanyahu gagal memastikan bahwa operasi militer Israel terhadap Hamas di Gaza dijalankan sesuai dengan arahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Meskipun tidak secara terang-terangan mengancam akan menarik diri dari koalisi pemerintahan, Smotrich mengungkapkan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan “langkah selanjutnya” atas kebijakan yang dipermasalahkan tersebut.
Baca Juga: Benjamin Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat
Pernyataan Smotrich ini diunggah melalui media sosial X pada Minggu, 6 Juli 2025, sehari sebelum Netanyahu dijadwalkan bertolak ke Washington DC, Amerika Serikat, untuk bertemu Presiden Donald Trump guna membahas proposal gencatan senjata di Gaza yang digagas oleh pihak AS dan rencananya akan berlangsung selama 60 hari.
Dalam pernyataannya, Smotrich menilai bahwa bantuan yang diizinkan masuk melalui jalur tertentu pada akhirnya akan berujung ke tangan Hamas dan digunakan sebagai “dukungan logistik bagi musuh saat masa perang”.
Pemerintah Israel sendiri belum merilis pernyataan resmi terkait kebijakan baru soal bantuan kemanusiaan tersebut. Namun, sejumlah media lokal melaporkan bahwa pemerintahan Netanyahu telah melakukan pemungutan suara yang menghasilkan persetujuan untuk menyalurkan tambahan bantuan ke wilayah utara Jalur Gaza.
Hingga kini, kantor Perdana Menteri belum memberikan tanggapan atas pernyataan Smotrich, sementara militer Israel memilih untuk tidak berkomentar.
Baca Juga: Benjamin Netanyahu Hadiri Sidang Kasus Korupsinya
Israel kerap menuding Hamas telah menyalahgunakan bantuan kemanusiaan untuk memperkuat barisan pejuangnya atau menjualnya demi mendanai operasi militer. Tuduhan ini dibantah keras oleh pihak Hamas.
Di sisi lain, situasi di Gaza terus memburuk. PBB memperingatkan bahwa wilayah tersebut tengah menghadapi krisis kemanusiaan serius yang bisa membuat hampir setengah juta penduduknya jatuh ke dalam jurang kelaparan dalam waktu dekat.
Pada bulan Mei lalu, Israel sempat melonggarkan sebagian blokade terhadap bantuan yang telah berlangsung selama hampir tiga bulan. Namun, menurut dua pejabat Israel yang tak disebutkan namanya, pada 27 Juni lalu pemerintah kembali menghentikan sementara pengiriman bantuan ke wilayah utara Gaza.