Ntvnews.id, Taheran - China dan Rusia dinilai mampu mendorong Amerika Serikat agar tunduk pada hukum internasional dan mencegah potensi serangan lanjutan dari AS maupun Israel terhadap Iran. Hal tersebut disampaikan Duta Besar Iran untuk China, Abdolreza Rahmani Fazli, dalam wawancaranya dengan kantor berita RIA Novosti.
“Kerja sama global yang bersatu adalah satu-satunya cara untuk melawan kebijakan sepihak Washington. Kami berharap hal ini dapat terwujud sebelum AS atau Israel kembali melancarkan serangan terhadap Iran,” ujar Rahmani Fazli di sela Forum Perdamaian Dunia ke-13 di Beijing, dilansir dari Xinhua, Selasa, 8 Juli 2025.
Ia menambahkan bahwa negara-negara seperti Rusia, China, dan kawasan Eropa berpotensi memainkan peran penting dalam mencegah terjadinya serangan baru dari Amerika Serikat ke Iran.
Lebih lanjut, Rahmani Fazli menegaskan kesiapan Iran untuk membuka ruang dialog. “Namun, kami tidak dapat mempercayai Amerika Serikat. Kami menyambut negara mana pun terutama China dan Rusia yang dapat mendorong AS untuk mematuhi aturan hukum internasional,” ujarnya.
Baca Juga: KTT BRICS Sebut Serangan Militer ke Iran Sudah Langgar Hukum Internasional
Selain itu, Teheran juga menyampaikan apresiasi terhadap dukungan yang diberikan oleh kelompok BRICS dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), yang mengecam tindakan militer AS dan Israel terhadap Iran. Hal ini berbeda dari sikap lembaga internasional lainnya, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang dinilai kurang tegas.
Konflik memanas pada malam 13 Juni, saat Israel melancarkan operasi terhadap Iran dengan tuduhan bahwa negara tersebut menjalankan program nuklir rahasia untuk tujuan militer. Iran membantah keras tudingan tersebut dan membalas dengan serangan militer.
Selama 12 hari kedua pihak terlibat saling serang, hingga Amerika Serikat ikut campur dengan menyerang fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni malam. Sebagai balasan, Teheran meluncurkan rudal ke pangkalan militer AS Al Udeid di Qatar pada malam berikutnya.
Baca Juga: Kedutaan Besar Iran Republik Indonesia Gelar Penandatanganan Petisi dan Duka Cita Pasca Perang
Pada 23 Juni, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah mencapai kesepakatan gencatan senjata, menandai berakhirnya “Perang 12 hari”.
Iran terus membantah bahwa program nuklirnya mengandung unsur militer. Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, pada 18 Juni menyatakan tidak menemukan bukti bahwa Iran sedang menjalankan program senjata nuklir aktif.