Ntvnews.id, Jakarta - Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja mencapai puncaknya setelah drone tempur buatan dalam negeri milik Thailand menghantam sejumlah posisi strategis militer Kamboja dalam operasi udara sejak Kamis, 24 Juli 2025 lalu.
Rekaman yang dirilis militer Thailand menunjukkan drone bersenjata menjatuhkan bom mortir M261 dan M472 secara presisi ke arah gudang senjata, peluncur roket, dan posisi militer Kamboja di area perbatasan yang masih disengketakan. Serangan ini menjadi sorotan karena menandai era baru kemampuan ofensif Thailand dalam memadukan teknologi drone lokal dan dominasi udara.
“Drone bersenjata buatan Thailand ini mampu mengidentifikasi dan menyerang beberapa target musuh bernilai tinggi, termasuk depot penyimpanan senjata, area persiapan artileri roket, dan kendaraan peluncur roket bergerak,” ujar seorang pejabat senior pertahanan Thailand.
Salah satu target yang paling krusial adalah gudang senjata utama Kamboja yang disebut menyimpan puluhan roket artileri kaliber 122 mm. Hancurnya fasilitas itu diyakini melemahkan daya tembak Kamboja secara signifikan di perbatasan.
Serangan ini merupakan respons atas tembakan roket ganda Kamboja menggunakan peluncur RM-70 GRAD buatan Ceko, yang diluncurkan ke arah posisi militer Thailand pada malam hari. Roket 9M22U atau SHE-40 yang digunakan memiliki jangkauan 20 km dan hulu ledak 18,4 kg, cukup mematikan untuk infanteri dan kendaraan ringan.
Pejabat pertahanan Thailand menyatakan, “Keberhasilan menghancurkan sistem RM-70 GRAD yang sedang terisi penuh memperkuat efektivitas drone Thailand dalam peperangan modern,” seperti dikutip oleh
Penggunaan enam jet tempur F-16 dalam operasi ini turut mempertegas dominasi udara Thailand. Investasi dalam sistem tak berawak pun mulai menunjukkan hasil konkret, mencerminkan transformasi doktrin militer Thailand menuju modernisasi penuh.
Akibat eskalasi konflik, lebih dari 582 sekolah di provinsi Surin, Sisaket, dan Buriram ditutup, sementara ribuan warga dievakuasi. Beberapa sekolah bahkan difungsikan sebagai tempat penampungan sementara.
“Saya mengimbau semua sekolah di sepanjang perbatasan untuk mengembangkan rencana tanggap darurat yang komprehensif, termasuk membangun zona aman dan mendirikan tempat penampungan sementara bagi siswa,” kata seorang pejabat pendidikan regional dalam pernyataan resmi.
Ketegangan diprediksi belum akan mereda dalam waktu dekat. Baik Thailand maupun Kamboja hingga kini belum mengumumkan langkah de-eskalasi, sementara wilayah perbatasan sepanjang 209 kilometer terus bergolak oleh kepentingan dan klaim sejarah yang belum selesai.