Ntvnews.id,
“Kemampuan pertahanan Iran tidak akan pernah menjadi subjek negosiasi,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baqaei, dalam konferensi pers di Teheran, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita resmi negara, IRNA.
Dalam kesempatan tersebut, Baqaei juga menyampaikan bahwa saat ini tidak ada inspektur nuklir internasional yang beroperasi di Iran, menandai keterbatasan kerja sama terbaru antara Teheran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Meski demikian, Iran tetap membuka pintu untuk interaksi teknis di masa mendatang. Baqaei menyatakan bahwa kunjungan Wakil Direktur Jenderal IAEA, Massimo Aparo, telah dijadwalkan dan akan berlangsung “dalam 10 hari ke depan.”
Ia juga mengingatkan bahwa parlemen Iran sebelumnya telah mengesahkan undang-undang yang membatasi sebagian bentuk kerja sama dengan IAEA. Menurutnya, langkah selanjutnya akan ditentukan setelah kunjungan Aparo berlangsung.
Sementara itu, ketegangan di kawasan masih terus menjadi perhatian internasional. Pada 16 Mei lalu, tiga negara Eropa yang ikut menandatangani perjanjian nuklir 2015, yakni Inggris, Prancis, dan Jerman, mengadakan pertemuan di Istanbul. Dalam pertemuan itu, mereka menyepakati pentingnya menjaga komunikasi, terutama di tengah upaya negosiasi tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat.
Sebelumnya, pembicaraan antara Iran dan AS berlangsung dengan mediasi dari Oman. Namun, situasi memburuk setelah serangan militer tiba-tiba dari Israel ke Iran pada 13 Juni, yang memicu konflik bersenjata selama 12 hari. Serangan tersebut menyasar sejumlah lokasi strategis, termasuk fasilitas militer, instalasi nuklir, serta kawasan sipil, dan menargetkan para pejabat militer senior dan ilmuwan nuklir Iran.
Sebagai balasan, Teheran melakukan serangan menggunakan rudal dan drone. Di sisi lain, Amerika Serikat menanggapi dengan melakukan pemboman terhadap tiga fasilitas nuklir yang ada di Iran.
(Sumber: Antara)