A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Ahli Seismologi BMKG Minta Masyarakat Tak Panik Hadapi Potensi Gempa Megathrust - Ntvnews.id

Ahli Seismologi BMKG Minta Masyarakat Tak Panik Hadapi Potensi Gempa Megathrust

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 26 Agu 2025, 22:33
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ahli Seismologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pepen Supendi dikonfirmasi wartawan usai saat menjadi narasumber pada kegiatan bimbingan teknis peningkatan efektivitas komunikasi risiko bencana yang diselenggarakan oleh BNPB di Kota Mataram, Selasa (26/8/2025). Ahli Seismologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pepen Supendi dikonfirmasi wartawan usai saat menjadi narasumber pada kegiatan bimbingan teknis peningkatan efektivitas komunikasi risiko bencana yang diselenggarakan oleh BNPB di Kota Mataram, Selasa (26/8/2025). (ANTARA)

Ntvnews.id, Mataram - Ahli Seismologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Pepen Supendi, mengimbau masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk senantiasa meningkatkan kesiapsiagaan serta tidak mudah panik dalam menyikapi potensi terjadinya gempa bumi megathrust di wilayah pesisir selatan Pulau Lombok.

“Ketika kita bicara megathrust tujuannya untuk kesiapsiagaan dari pada gempa terjadi kita tanpa kita tahu sumbernya dari mana. Itu lebih parah,” ujar Pepen saat menjadi pembicara dalam kegiatan bimbingan teknis peningkatan efektivitas komunikasi risiko bencana yang digelar oleh BNPB di Kota Mataram, Selasa, 26 Agustus 2025.

Ia menjelaskan bahwa Pulau Lombok, termasuk juga Bali, berada dalam cakupan segmen Sumba. Segmen ini merupakan bagian dari sistem megathrust yang membentang di selatan Pulau Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara, dan berpotensi memicu gempa bumi dengan kekuatan hingga 8,9 Skala Richter.

“Itu skenario terburuk zona megathrust pada bagian-bagian terkunci. Namun ada bagian sudah keluar dalam gempa-gempa kecil. Cuman yang dikhawatirkan oleh kita selama ini adalah bagian yang tidak terkunci-nya itu yang kita sebut sebagai seismic gap,” jelasnya.

Pepen menambahkan bahwa BMKG telah melakukan pemodelan atau simulasi jika terjadi tsunami yang diakibatkan oleh gempa megathrust di wilayah selatan Pulau Lombok. Berdasarkan simulasi tersebut, tinggi gelombang tsunami yang mungkin terjadi di Kabupaten Lombok Tengah diperkirakan bisa mencapai 25-26 meter, dan akan tiba dalam waktu sekitar 15-20 menit setelah gempa.

“Permodelan atau skenario ini sangat baik untuk kesiapsiagaan, sehingga masyarakat sudah harus waspada meskipun yang datang kecil tapi kita sudah lebih siap. Jadi, itu bukan untuk menakut-nakuti atau membuat masyarakat resah tapi untuk kesiapsiagaan,” tegasnya.

Selain dari megathrust, Pepen juga mengingatkan bahwa gempa bumi dapat bersumber dari sesar lain. Ia menyebutkan peristiwa gempa tahun 1977 di selatan Pulau Lombok sebagai contoh, yang berasal dari aktivitas outer rise—wilayah di luar zona megathrust—dengan magnitudo 8,3 Skala Richter dan mengakibatkan tsunami.

“Tapi jangan lupa di utara Lombok, Bali, Sumbawa sampai dengan Flores di utara itu adalah sebuah sesar naik yang disebut Flores Megathrust yang memiliki karakteristik yang bisa menimbulkan tsunami juga kalau gempanya besar dan menimbulkan formasi di bawah permukaan laut,” tutur Pepen yang juga merupakan Ahli Seismologi pada Direktorat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa skenario-skenario yang telah dimodelkan bertujuan agar masyarakat dapat lebih siap menghadapi gempa maupun tsunami, termasuk jika terjadi dalam skala kecil sekalipun, apalagi menghadapi kemungkinan terburuk. Fokus perhatian para ahli, menurutnya, masih tertuju pada kawasan Busur Sunda, mulai dari pantai barat Sumatera hingga ke wilayah selatan Bali dan Nusa Tenggara.

“Sekarang itu kita bukan lagi berbicara kapan terjadi gempa karena setiap hari ada gempa. Karena kita berhadapan dengan sumber-sumber gempa. Yang paling penting adalah bagaimana kita siap dengan gempa itu. Mulai dari yang kecil lah di rumah tangga kita harus tahu di mana jalur evakuasi, titik kumpul paling aman di rumah kita di mana, jauh dari pepohonan, jauh dari tiang listrik sehingga kita siap,” ungkapnya.

Ia juga menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu secara pasti menentukan kapan dan di mana gempa akan terjadi.

“Tapi kalau zona-zona-nya jelas tidak akan jauh dari zona subduksi dan tidak jauh dari sesar aktif. Makanya yang paling penting di bangun itu adalah bagaimana mitigasi,” pungkas Pepen.

(Sumber: Antara)

x|close