Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menekankan bahwa pembangunan nasional hanya dapat berjalan berkelanjutan jika tiga pilar utama, yakni ekologi, ekonomi, dan sosial, ditempatkan secara seimbang melalui integrasi Program Forests and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030.
“Keseimbangan tiga pilar ekologi, ekonomi, dan sosial perlu menjadi perhatian kita bersama untuk masa depan,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
FOLU Net Sink 2030 sendiri merupakan target di mana sektor kehutanan dan penggunaan lahan (forestry and other land use/FOLU) mampu menyerap emisi karbon lebih banyak dibandingkan yang dilepaskan pada tahun 2030.
Langkah strategis yang dilakukan Indonesia meliputi pencegahan deforestasi dan degradasi hutan melalui pengelolaan lestari, peningkatan rehabilitasi hutan dan lahan berbasis lanskap, serta konservasi keanekaragaman hayati. Upaya lainnya adalah pemulihan ekosistem gambut lewat revegetasi, perbaikan tata air dengan melibatkan masyarakat, serta penguatan penegakan hukum dan kapasitas kelembagaan.
Baca Juga: Massa Mahasiswa Jebol Gerbang Polda Metro Jaya
Menurut Menhut, FOLU menjadi sektor penting dalam memperkuat komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris dan pencapaian target penurunan emisi dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Target itu meliputi pengurangan emisi sebesar 31,89 persen atau 915 juta ton CO2eq secara mandiri, serta 43,20 persen atau 1.240 juta ton CO2eq dengan bantuan internasional.
“Visi Asta Cita dan Indonesia Emas 2045, sebagaimana tertuang dalam RPJP Nasional dan RPJMN, telah meletakkan fondasi penurunan intensitas emisi menuju target Indonesia Net Zero Emission 2060,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, Kementerian Kehutanan meluncurkan Rencana Investasi Result Based Contribution (RBC) tahap keempat serta Layanan Dana Masyarakat untuk Lingkungan periode ketiga sebagai bagian dari implementasi FOLU Net Sink 2030.
RBC tahap keempat senilai 60 juta dolar AS tersebut mendukung program kelestarian hutan, pembangunan masyarakat, hingga pendanaan bagi lembaga lokal, masyarakat adat, dan perguruan tinggi. Dengan tambahan dana itu, total kontribusi yang diterima Indonesia dari Pemerintah Norwegia sejak RBC-1 hingga RBC-4 telah mencapai 216 juta dolar AS.
Pada implementasi RBC tahap sebelumnya, telah dilakukan penanaman 4,6 juta bibit di area seluas 11.215 hektare, melibatkan 35.180 masyarakat dalam 383 kelompok, menghasilkan penyerapan karbon hingga 21 ribu ton CO2 ekuivalen, serta menyelesaikan 40 kasus konflik tenurial.
(Sumber : Antara)