Ntvnews.id, Samarinda - Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Hafidz Muksin, menekankan pentingnya para pejabat publik menguasai etika bertutur dalam setiap komunikasi demi menjaga persatuan serta keadaban bangsa.
"Bahasa menunjukkan bangsa. Pejabat publik harus dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik, benar, sopan, santun, dan juga beradab," tegas Hafidz di Samarinda, Senin, 1 September 2025.
Ia menjelaskan bahwa sikap positif dalam berbahasa mencerminkan kepribadian seseorang. Karena itu, ketelitian dalam memilih kata atau diksi sangat penting. Satu kata yang tidak sesuai konteks, menurutnya, dapat menimbulkan makna berbeda dan memicu kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Oleh sebab itu, Hafidz mengimbau pejabat publik untuk selalu menelaah dengan cermat setiap pesan yang akan disampaikan agar tidak menimbulkan persepsi keliru yang bisa berkembang menjadi ujaran kebencian maupun memicu kemarahan publik.
"Apa yang akan diucapkan tolong harus betul-betul sudah mencerminkan, sudah ditelaah dengan baik agar tidak menjadi nilai-nilai yang mungkin salah dipahami oleh publik," jelasnya.
Baca Juga: Kapolda Metro: Yang Menjarah Sudah Kami Deteksi, Tinggal Ditangkap
Lebih lanjut, Hafidz mengingatkan kembali tentang peran historis bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa, sebagaimana diikrarkan melalui Sumpah Pemuda. Para pendiri bangsa, ungkapnya, telah menyadari bahwa di tengah keragaman suku dan budaya, hanya bahasa Indonesia yang dapat menjadi jembatan komunikasi antardaerah sekaligus perekat persatuan nasional.
Selain itu, ia juga menyoroti tantangan pelestarian bahasa daerah yang kini mulai ditinggalkan oleh para penuturnya. Menurut Hafidz, fenomena ini merupakan kenyataan yang mengancam keberlangsungan kekayaan budaya bangsa.
"Banyak anak yang tidak dapat lagi menggunakan bahasa daerahnya dengan lancar, bahkan ada sebagian yang malu. Ini adalah sebuah realita dan tantangan saat ini," ungkapnya.
Hafidz menekankan bahwa dalam bahasa daerah terkandung nilai-nilai karakter, kearifan lokal, dan peradaban penting yang dapat memperkuat jati diri bangsa. Ia mencontohkan konsep krama inggil dalam bahasa Jawa yang mengajarkan etika berbahasa kepada orang yang lebih tua.
Sebagai bentuk upaya menjaga bahasa, Badan Bahasa terus aktif mengadakan pembinaan serta penyuluhan mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, lembaga tersebut juga menjalankan program revitalisasi terhadap 120 bahasa daerah guna melestarikan warisan budaya tak benda yang dimiliki bangsa.
(Sumber: Antara)