Ntvnews.id, Bangkok - Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, resmi dicopot dari jabatannya pada Jumat, 29 Agustus 2025 setelah Mahkamah Konstitusi menyatakan dirinya melanggar aturan etika.
Dilansir dari DW, Rabu, 3 September 2025, pada usia 39 tahun, Paetongtarn menjadi perdana menteri termuda dalam sejarah Thailand. Ia memiliki latar belakang politik yang kuat sebagai putri dari mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra dan keponakan dari mantan perdana menteri Yingluck Shinawatra.
Selain itu, Paetongtarn juga menjabat sebagai ketua Partai Pheu Thai, yang sempat menuai kontroversi ketika berkoalisi dengan kelompok pro-militer pada 2023 untuk membentuk pemerintahan saat ini.
Paetongtarn sebelumnya diskors sejak awal Juli setelah bocornya rekaman percakapan telepon dengan mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen, di tengah konflik perbatasan yang menelan korban jiwa. Dalam percakapan itu, Paetongtarn menyebut Hun Sen sebagai "paman," menunjukkan rasa hormat dan kasih sayangnya, sekaligus mengkritik komandan militernya sendiri.
Baca Juga: Gol Sandy Walsh Bawa Buriram United Kian Kokoh di Puncak Klasemen Liga Thailand
Ia membela dirinya dengan menegaskan bahwa pernyataannya merupakan bagian dari strategi negosiasi demi mencegah konflik semakin meluas.
"Sebagai orang Thailand, saya menegaskan ketulusan saya untuk bekerja demi rakyat Thailand. Saya ingin kembali menekankan kepada rakyat bahwa yang paling saya junjung tinggi adalah nyawa rakyat baik tentara maupun warga sipil," ujarnya kepada wartawan usai sidang putusan, Jumat.
Meski begitu, Paetongtarn menyatakan menerima keputusan Mahkamah Konstitusi yang memerintahkannya turun dari jabatan.
Perebutan Kursi PM Baru
Kasus percakapan telepon dengan Hun Sen mengguncang stabilitas politik Thailand. Partai konservatif Bhumjaithai memutuskan keluar dari koalisi, meninggalkan Pheu Thai dengan mayoritas tipis dan memunculkan kekhawatiran akan terjadinya kudeta militer baru.
Saat ini, Wakil Perdana Menteri Phumtham Wechayachai, yang telah menjabat sebagai penjabat perdana menteri sejak Paetongtarn diskors, akan tetap memimpin sementara hingga parlemen memilih pengganti resmi. Pada Jumat, Phumtham menyatakan bahwa partai-partai koalisi berharap bisa menentukan calon baru dalam waktu dekat.
Baca Juga: Thailand Bakal Perketat Keamanan Wisatawan Usai Insiden Turis Dibakar Hidup-hidup
Pheu Thai diperkirakan akan mencalonkan Chaikasem Nitisir sebagai pengganti Paetongtarn. Chaikasem, yang berusia 77 tahun, merupakan pengacara senior sekaligus mantan jaksa agung, serta pernah menjabat sebagai menteri kehakiman pada 2013.
Namun, dua nama lain juga berpeluang masuk bursa, yakni mantan menteri dalam negeri Anutin Charnvirakul dan Prayuth Chan-ocha, pemimpin kudeta militer 2014 yang bertahan sebagai kepala pemerintahan hingga Paetongtarn terpilih pada 2023.
Apabila parlemen gagal mencapai kesepakatan mengenai siapa yang akan menggantikan Paetongtarn, opsi terakhir adalah menggelar mosi tidak percaya dan membubarkan parlemen, yang berarti pemilu kilat harus segera digelar.