Ntvnews.id, Jakarta - Jumlah korban tewas akibat protes keras di Nepal pada Kamis meningkat menjadi 31 orang, bersamaan dengan pembahasan pembentukan pemerintahan sementara pasca kerusuhan yang menggulingkan Perdana Menteri KP Sharma Oli.
Departemen Kedokteran Forensik di Rumah Sakit Pengajaran Universitas Tribhuvan, tempat jenazah para pengunjuk rasa dibawa untuk autopsi, menyatakan bahwa identitas awal 25 korban telah berhasil diidentifikasi.
Sementara itu, enam korban lainnya, termasuk satu perempuan, masih belum diketahui identitasnya, menurut harian berbahasa Inggris Kathmandu Post.
Pada Kamis pagi, tentara Nepal melepaskan tembakan untuk menggagalkan upaya pelarian di sebuah penjara, menewaskan setidaknya dua narapidana dan melukai lebih dari 12 orang lainnya. Upaya pelarian ini terjadi di distrik Ramechhap, Provinsi Bagmati, ketika narapidana berhasil merusak beberapa kunci bagian dalam dan mencoba mendobrak gerbang utama sebelum aparat keamanan menembakkan senjata.
Baca Juga: Nepal Rusuh, DPR Minta WNI Segera Dievakuasi
Penjara tersebut menampung lebih dari 300 narapidana. Pihak kepolisian menegaskan situasi kini terkendali dan tidak ada narapidana yang berhasil melarikan diri. Sejak protes berlangsung, Nepal mencatat beberapa upaya pelarian, dengan lebih dari 15.000 narapidana berhasil kabur dalam beberapa hari terakhir.
Militer Nepal mengambil alih kendali keamanan setelah gelombang protes yang dipimpin generasi muda, dikenal sebagai “Generasi Z”, memaksa Perdana Menteri Oli mengundurkan diri. Saat ini, pembahasan sedang dilakukan untuk menentukan kepemimpinan pemerintahan sementara yang akan mengelola negara di pegunungan Himalaya tersebut hingga pemilu baru digelar.
Baca Juga: Militer Nepal Ajak Dialog Pendemo, Nama Sushila Karki Muncul Sebagai Kandidat PM Interim
Para pemuda yang memimpin aksi protes memilih mantan Ketua Mahkamah Agung, Sushila Karki, melalui jajak pendapat daring sebagai kandidat kepala pemerintahan sementara. Sementara itu, sebagian kelompok pengunjuk rasa mengusulkan Wali Kota Kathmandu, Balendra Shah, untuk memimpin pemerintahan transisi.
Sumber: ANTARA