Ntvnews.id, Jakarta - Banjir bandang yang melanda Kota Denpasar pada Rabu, 10 September 2025, tidak hanya merusak rumah dan fasilitas umum, tetapi juga berdampak besar pada dunia pendidikan. Data terbaru dari Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar tercatat sebanyak 1.535 siswa SD dan SMP terdampak langsung, mulai dari kehilangan seragam, tas, sepatu, hingga alat tulis.
Dikutip dari akun Nusa Bali, Kepala Disdikpora Kota Denpasar Anak Agung Gde Wiratama, mengatakan dari jumlah tersebut sebanyak 1.400 siswa merupakan jenjang SD, sedangkan 135 siswa berasal dari SMP negeri. Dampak banjir tidak hanya dirasakan sekolah yang tergenang, melainkan juga siswa di sekolah yang selamat dari banjir.
“Contohnya SDN 25 Pemecutan. Sekolahnya tidak kena banjir karena dijadikan lokasi pengungsian, tetapi banyak siswanya yang rumahnya terdampak. Jadi meski sekolah tidak rusak, muridnya tetap perlu bantuan,” kata Gung Wiratama, Jumat (19/9).
Dia menegaskan, seluruh siswa yang terdata akan mendapat bantuan perlengkapan sekolah secara bertahap. Untuk siswa SD, bantuan berupa seragam, tas, sepatu, dan alat tulis. Sedangkan bagi siswa SMP, selain perlengkapan sekolah, ada permintaan khusus berupa buku paket. “Semua sedang diverifikasi agar penyaluran tepat sasaran,” ujarnya.
Selain siswa, sebanyak 37 gedung SD dan SMP di Denpasar juga tercatat mengalami kerusakan akibat banjir. Kerusakan ringan seperti plafon jebol mulai diperbaiki secara bertahap menggunakan anggaran pemeliharaan. Namun, untuk kerusakan berat seperti tembok panyengker yang jebol, perbaikan baru akan dianggarkan pada tahun 2026.
Denpasar Kembali Diterjang Banjir (infodenpasar)
Penyebab Banjir
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengidentifikasi faktor perubahan tutupan akibat alih fungsi lahan dan pengelolaan sampah sebagai salah satu faktor terjadinya banjir di sejumlah wilayah Bali, selain curah hujan ekstrem.
"Jadi faktornya beragam, tapi berkaitan faktor-faktor kepatuhan lingkungan, tadi saya sampaikan kami sedang dalami. Paling tidak ada tiga faktor penting berkaitan dengan lingkungan, pertama adalah berkaitan alih fungsi, tutupan lahan di daerah aliran sungainya," kata Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLH/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Rasio Ridho Sani ditemui usai kegiatan ramah tamah di Jakarta, Jumat.
Selain itu, kata Rasio, terdapat juga kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang termasuk adanya keberadaan bangunan di daerah sepadan sungai. Ditambah terdapat pula isu pengelolaan sampah yang menjadi faktor tambahan.
"Kami temukan adanya sampah-sampah pasca-banjir, ini menunjukkan juga kemungkinan besar sampah-sampah itu masuk ke sungai-sungai. Ini juga menyebabkan banjir menjadi semakin parah," tambah Rasio.
Baca Juga: Korban Banjir Denpasar Sampaikan Kisah Pilunya ke Prabowo