Ntvnews.id, Jakarta - Kepala Basarnas Mohammad Syafii meminta masyarakat dan kalangan pewarta agar tidak memperdebatkan penemuan potongan tubuh korban dalam operasi evakuasi santri Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
"Basarnas tidak pernah menyatakan jumlah korban, melainkan hanya melaporkan setiap manusia yang terevakuasi dari reruntuhan bangunan. Yang kita data adalah setiap korban yang berhasil dievakuasi, baik utuh maupun berupa bagian tubuh,” ujar Syafii dalam konferensi pers yang diikuti dari Jakarta, Senin, 6 Oktober 2025.
Di hadapan para pewarta di posko darurat, Syafii mencontohkan pengalamannya ketika menangani kecelakaan pesawat, di mana bagian tubuh yang teridentifikasi tetap dihitung sebagai korban yang berhasil ditemukan. Karena itu, potongan tubuh korban yang ditemukan di lokasi pesantren akan tetap dicatat dan selanjutnya diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri.
Baca Juga: Basarnas Tegaskan Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny Gunakan Standar Internasional
"Yang jelas, kita tidak untuk memperdebatkan masalah body part. Itu yang ingin saya sampaikan,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa sumber informasi mengenai jumlah korban bisa berasal dari berbagai pihak seperti kepolisian dan BNPB. Oleh sebab itu, data yang beredar di masyarakat tidak dapat dijadikan acuan tunggal bagi Basarnas.
Berdasarkan data posko tanggap darurat di Sidoarjo per Senin pukul 18.38 WIB, sebanyak 169 orang telah dievakuasi. Dari jumlah tersebut, 104 orang dievakuasi dalam kondisi selamat dan mendapatkan penanganan medis, sementara sisanya dinyatakan meninggal dunia.
Selain itu, tim SAR gabungan juga menemukan enam potongan tubuh yang kini masih dalam proses identifikasi oleh tim DVI Polda Jawa Timur di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya. Jumlah korban masih mungkin berubah seiring proses asesmen di lapangan yang terus berjalan.
Baca Juga: Presiden Ekuador Daniel Noboa Umumkan Keadaan Darurat di Tengah Protes Penghapusan Subsidi Solar
Syafii menyampaikan apresiasi kepada 65 instansi dan lebih dari 370 personel gabungan yang masih berjibaku di lapangan hingga hari kedelapan operasi.
“Hal ini merupakan bentuk solidaritas kebangsaan dalam pencarian dan pertolongan, karena setiap nyawa yang berhasil diselamatkan adalah aset negara yang tak ternilai,” ujarnya.
“Bagi Basarnas, penyelamatan satu nyawa adalah keberhasilan yang tidak bisa dihitung dengan angka,” tambahnya.
Baca Juga: Aktivis Greta Thunberg Disebut Alami Perlakuan Kasar Selama Ditahan di Israel
(Sumber: Antara)