Ntvnews.id, Gaza – Hamas meminta Mesir memberikan jaminan serta mekanisme pengawasan terhadap pelaksanaan gencatan senjata di Jalur Gaza berdasarkan rencana 20 poin yang diajukan oleh Amerika Serikat (AS), demikian disampaikan sejumlah sumber Palestina pada Senin, 6 Oktober 2025.
Menurut para narasumber tersebut, delegasi Hamas yang dipimpin pejabat senior Khalil al-Hayya telah bertemu dengan perwakilan Dinas Intelijen Umum Mesir, menyampaikan kekhawatiran mengenai sejauh mana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan berkomitmen terhadap kesepakatan gencatan senjata itu.
Khalil al-Hayya, yang juga menjabat sebagai kepala tim negosiasi Hamas, melakukan perjalanan ke Mesir untuk pertama kalinya sejak selamat dari upaya pembunuhan di Doha bulan lalu. Kunjungan tersebut ditujukan untuk melangsungkan perundingan tidak langsung dengan Israel terkait rencana penghentian pertempuran.
Pertemuan itu berlangsung setelah Hamas mengumumkan kesediaannya membebaskan seluruh sandera Israel yang ditahan sejak 7 Oktober 2023, sesuai dengan usulan yang diajukan oleh Amerika Serikat.
Baca Juga: Setuju Gencatan Senjata, Hamas Tolak Serahkan Senjata
Pejabat Israel menyebutkan bahwa Hamas masih menahan 48 sandera, di mana sekitar 20 orang di antaranya diyakini masih hidup. Namun, Hamas belum memberikan tanggapan terhadap beberapa ketentuan tambahan, terutama soal pelucutan senjata, yang oleh Israel dianggap sebagai syarat utama untuk mencapai gencatan senjata permanen.
Seorang pejabat keamanan Mesir yang enggan disebutkan namanya mengonfirmasi bahwa Hamas meminta jaminan atas penghentian perang secara total serta penarikan pasukan Israel dari wilayah Gaza.
Pejabat itu menambahkan bahwa delegasi Israel telah tiba di Mesir, sementara mediator Amerika Serikat dijadwalkan datang pada Selasa, 7 Oktober 2025 atau Rabu, 8 Oktober 2025. Negosiasi direncanakan berlangsung selama tiga hari.
Meskipun Presiden AS Donald Trump telah menyambut positif langkah Hamas dan mendesak Israel menghentikan serangan udara guna membuka akses bagi pembebasan sandera, serangan militer Israel masih terus berlangsung.
Kantor berita Palestina WAFA melaporkan bahwa 21 jenazah dan 96 orang luka-luka telah dibawa ke rumah sakit di Gaza dalam 24 jam terakhir.
Masih menurut WAFA, dua warga Palestina tewas dan sedikitnya 19 orang terluka ketika sedang mencari bantuan kemanusiaan. Dengan demikian, jumlah korban tewas akibat insiden serupa telah mencapai 2.610 orang, sementara lebih dari 19.000 orang mengalami luka-luka.
Hingga Senin, 6 Oktober 2025, sehari sebelum genap dua tahun sejak pecahnya konflik, jumlah korban tewas di Gaza mencapai 67.160 jiwa, dan sedikitnya 169.679 orang lainnya terluka.
(Sumber: Antara)